Mimih Dewa Ratu! Dilanda Banjir, Warga Pengambengan Kembali Krisis Air Bersih

  10 Oktober 2022 PERISTIWA Jembrana

Ket poto : Salah seorang warga Desa Pengambengan mencium air sumur miliknya yang berbau tidak sedap

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com – Jembrana. Bertahun-tahun langganan banjir saat hujan turun, setalh diguyur hujan lebat beberapa waktu lalu, kembali warga Desa Pengambengan kesulitan mencari air bersih untuk minum dan memasak lantaran air sumur warga saat terjandi banjir menjadi keruh dan berbau tidak bisa dikonsumsi, akibatnya warga membeli air isi ulang untuk keperluan memasak dan minum

Seorang warga Kampung Kedunen, Dusun Munduk, Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana Yas'an,40 saat ditemui dirumahnya menjelaskan, sejak hujan deras pada Jumat 07 Oktober 2022 malam air sudah muali masuk kepekarangan hingga ke dalam rumah dengan ketinggian 40 cm, "malam itu air sudah tinggi, bahkan sampai selutut mas," ungkap janda yang setahun ditinggal meninggal suaminya. Senin (10/10/2022).

Ia juga menjelaskan, setiap musim penghujan daerah tersebut pasti dilanda banjir dan mempengaruhi sumur-sumur di daerah tersebut. "Pasti banjir mas, apalagi rumah saya dari bahan bedek (dinding anyaman bambu) sehingga air pasti masuk ke dalam, dan sumur-sumur pasti keruh sehingga tidak dapat digunakan, saya juga sekarang untuk keperluan sehari-hari beli air isi ulang dengan harga Rp. 7 ribu per galon," ucapnya.

Hal senada juga dikatakan oleh seorang warga bernama Muawanah 44 tahun saat ditemui terpisah. Dirinya menjelaskan, selain air sumur yang tidak dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari seperti memasak dan mandi, air sumur juga berbau dan genangan banjir juga mengakibatkan kulit terasa gatal. "Kalau genangan banjir ini akibatkan kuli terasa gatal, selain itu juga terasa panas mas, karena bekas masak dan lain-lain kan ikut kebawa banjir, harus pakai sepatu boat," ujarnya.

Dirinya berharap, dengan kejadian yang terjadi setiap musim penghujan ini agar dapat diatasi dan dicarikan solusi, sehingga tidak terjadi kembali. "Kalau jumlah rumah yang tergenang banjir kira-kira ratusan mas. Kalau harapannya sih, bagaimana solusi agar tidak terjadi banjir lagi. Kalau bisa agar tidak separah ini saja, kalau hanya tergenang di halaman sih tidak kenapa, tapi ini sampai masuk ke dalam rumah," terangnya.

Sementara Kelian Banjar Munduk, Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Bambang Suahono dikonfirmasi mengatakan, daerahnya tersebut memang menjadi langganan banjir setiap musim penghujan tiba. "Memang langganan banjir daerah sini. Warga kami yang tergenang banjir ada sekitar 100 kk. Mengatasi hal tersebut juga sudah dibuatkan gorong-gorong namun belum selesai, masih proses," pungkasnya. (BB)