Mantan Istri Bawa 6 Preman Saat Mediasi, Paul La Fontaine Minta Bantuan Dubes Australia

  23 September 2022 HUKUM & KRIMINAL Badung

Warga Negara Australia Paul La Fontaine perlihatkan foto dirinya bersama kedua anaknya

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Badung. Psikolog dari Pusat Kegiatan Terpadu yang menyediakan pelayanan bagi perempuan dan anak korban kekerasan (P2PT2A) perlindungan anak yang datang bersama pihak mantan istri dan kedua anak kembar warga negara Australia Paul La Fontaine dinilai 'over protektive' sehingga mediasi Paul La Fontaine dengan mantan istrinya serta kedua anaknya akhirnya mediasi malah berakhir deadlock. 

Kuasa hukum Paul La Fontaine, Esther Hariandja tidak menyangka mantan istrinya membawa orang-orang (bodyguardnya) kedalam momentum pertemuan mediasi di Mazu Beach Club Pantai Balangan, Jum'at (23/9/2022). Esther juga menyayangkan mantan istri Paul membawa sejumlah preman dalam pertemuan yang direncanakan khusus antara ayah dengan kedua buah hatinya.

"Kenapa tidak menunggu sebentar saja agar keadaan membaik (kondusif) dan tenang dahulu tapi tidak dengan cepat-cepat dan tergesa-gesa untuk pergi meninggalkan Paul yang menangis tidak bisa memeluk putri-putrinya," sesal Esther. 

Menurutnya, kejadian dalam mediasi tidak mengenakkan lantaran memposisikan bahwa Paul terlalu kasar tidaklah benar, sebab yang terjadi malah Paul terlihat dihalang-halangi untuk memeluk putrinya oleh pihak-pihak yang demikian protektif. Pasalnya, seolah-olah malah menjadi tidak setara (equality) perlakuannya terhadap Paul.

Hal itu tentu saja membuat pihak keluarga dan kerabat Paul yang berada di luar Indonesia sangat kecewa mendengar peristiwa tersebut dan berencana untuk mengambil langkah-langkah tertentu yang bersifat G to G dengan berkoordinasi dengan pihak Kedubes atau Konjen disini," terang Esther.

Esther berharap kedepan bisa dimohonkan uji kesempatan bertemu anak-anaknya dan juga perlu diatur dan ditata lebih elegan, dari komunikasi, tata cara dan orang-orang disekitar yang lebih baik lagi. 

"Rencana pertemuan tadi sebetulnya sudah baik, tapi sayang sekali mantan istri tidak menghormati kehadiran para kuasa hukumnya dan juga pihak instansi pemerintah yang sudah hadir dan membantu pertemuan ayah dan anak anak tersebut," ungkap Esther. 

Pihaknya justru memberikan atensi terhadap petugas pendamping hukum P2PT2A yang sangat memfasilitasi pertemuan mediasi ini namun mempertanyakan sikap psikolog yang terus mendekap anak-anaknya seolah tak menghiraukan uluran tangan Paul yang ingin sekedar memeluknya.

"Mengapa dari pihak Paul tidak mempersiapkan dokumentasi atau orang untuk mem-videokan pertemuan ini, sebab kami tidak menyangka akan ada beberapa orang yang salah satunya sempat berteriak siap mati, mendorong Paul ketika dia mau membawa anaknya keluar ruangan. Sedih melihat niat tulus seorang ayah akhirnya lagi-lagi berakhir mengenaskan. Kami bingung apa sebetulnya yang diceritakan pada pihak tersebut mengenai pertemuan ini kan tempat ini sudah biasa menjadi tempat pertemuan dengan anak-anaknya dan kami malah mempertanyakan kehadiran preman-preman dalam memantau pertemuan ini, untuk apa?" tanya Esther heran.

"Padahal hal itu khan memang sudah menjadi haknya (Paul), kenapa harus didekap terus?," kata Hezkiel Paat, SH. salah satu kuasa hukum Paul bersama Esther. 

Sementara, Paul La Fontaine mengaku wajar jika dirinya bersikap agak emosional karena rindu yang mendalam terhadap kedua anaknya. Apakagi ketika tangannya mau meraih untuk menggendongnya dihalang halangi sejumlah pihak yang harusnya membantu dalam mediasi. 

"Saya tahu anak akan menangis sebentar karena ada begitu banyak orang, dan sungguh saya tidak ada niat buruk atau bermaksud membawanya pergi keluar ruangan, tapi seakan-akan saya digambarkan atau dipersonifikasikan sebagai sosok temperamental, padahal itulah ungkapan ekspresi kerinduan saya yang 1 bulan lamanya tidak boleh bertemu anak-anak namun pertemuan tersebut hanya sesaat dan mantan istri memutuskan untuk pergi tergesa-gesa bersama dengan orang-orang yang mengawalnya," tutur Paul La Fontaine sambil menangis. 

Moment dalam mediasi begitu cepat seakan memang dibuat drama seolah-olah kedua anaknya tidak menyukai kehadiran Paul sehingga menangis berteriak keras. Bahkan niat baik Paul mau memberikan anak-anaknya sepeda mini yang telah dipersiapkan untuk kedua anaknya tersebut juga gagal. 

"Seperti yang sudah saya katakan kepada kuasa hukum saya bahwa mantan istri saya akan memprovokasi keadaan. Perkiraan saya tidak meleset dan yang saya heran kenapa anak-anak menangis tidak wajar. Apa sebetulnya yang terjadi dengan mereka?," ucap Paul dengan wajah sedih.

Ara selaku Manager Mazu Beachclub  memberikan pernyataan bahwa Paul sebelumnya telah sering membawa anak-anaknya ke tempat tersebut dengan bahagia dan penuh sukacita. "Lalu mengapa harus terjadi seperti ini. Apa sebetulnya yang terjadi dengan anak anak tersebut?," jelasnya heran.(BB).