Kawasan Cekik Rawan Lintasan Satwa, TNBB Pasang Imbauan Bagi Pengendara

  23 Februari 2018 PERISTIWA Jembrana

baliberkarya

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Jembrana. Jalan Nasional yang berada di sekitar kawasan Taman Nasional Bali Barat (TNBB), Cekik, Gilimanuk merupakan daerah rawan lintasan satwa liar.
 
 
Jalan tersebut kerap menjadi lintasan satwa, sehingga pengguna jalan diharapkan kehati-hatiannya dan kewaspadaannya.
 
Jalan di kawasan tersebut kembali mendapat sorotan. Pasalnya, selain kondisi fisik jalan yang rusak, jalan ini juga kerap dilintasi satwa-satwa liar di TNBB. Untuk mengingatkan bagi para pengguna jalan, pihak Balai TNBB memasang 10 plang imbauan kawasan rawan lintasan satwa guna mengantisipasi adanya kecelakaan antar pengguna jalan dengan satwa.
 
"Tahun lalu ada Rusa (Menjangan) yang mati ketabrak mobil. Kecelakaan seperti ini memang menjadi salah satu faktor satwa-satwa liar di TNBB mati setiap tahunnya," ungkap Kasubbag T.U Balai TNBB, Wiryawan ketika dikonfirmasi Jumat (23/2/2018).
 
Berdasarkan data lanjut Wiryawan, Rusa (Cervus timorensis) yang mati pada tahun 2017 lalu mencapai 3 ekor. Satu diantaranya mati karena tertabrak mobil dan sempat dirawat namun akhirnya tak terselamatkan.
 
Satu Rusa lainnya yang masih anakan ditemukan dalam keadaan lemas diduga akibat dehidrasi atau pengaruh cuaca panas hingga akhirnya mati. Satu ekor sisanya lagi ditemukan dalam mengalami luka atau infeksi pada bagian kaki kemudian dirawat di kandang karantina hingga akhirnya tak bisa diselamatkan lagi.
 
Oleh sebab itu, pihaknya pada tahun 2017 lalu telah mengupayakan langkah antisipasi guna meminimalisir matinya satwa-satwa ini terutama yang mati tertabrak di jalan.
 
 
Setidaknya, 10 plang imbauan telah disebar di titik-titik potensial rawan lintasan satwa yang kebanyakan berada di jalur Sumberejo-Teluk Terima, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng dan di jalur Cekik-Klatakan di Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana.
 
Selain plang imbauan rawan lintasan satwa liar, pihaknya juga menyebar plang imbauan atau larangan membuang sampah di kawasan TNBB. 
 
Selain akibat tertabrak kendaraan di jalan, sakit hingga cuaca ekstrim, penyebab matinya satwa-satwa dilindungi di TNBB juga dikarenakan oleh predator atau rantai makanan, kalah persaingan dengan satwa lainnya (mekanisme alam) hingga perburuan.
 
Seperti pada Januari 2017 lalu, pihaknya sempat menghentikan aksi perburuan dengan barang bukti 4 ekor Kijang (Muntiacus Muntjak). Meskipun demikian, pihaknya menegaskan populasi satwa-satwa liar seperti Kijang, Menjangan maupun Curik Bali (Leucopsar rothschildi) di TNBB masih terjaga.
 
Berdasarkan inventarisir dan perjumpaan di lapangan, jumlah populasi Kijang di TNBB diperkirakan mencapai 672 ekor. Sementara untuk Mejangan diketahui populasinya di angka 1.200 ekor.
 
 
Sedangkan, untuk satwa yang menjadi maskot Kabupaten Jembrana yakni Curik Bali saat ini diketahui jumlahnya mencapai 109 ekor di habitat aslinya dan 313 ekor sisanya berada di Unit Pengelolaan Khusus Pembinaan Jalak Bali (UPKPJB) di Banjar Tegal Bunder, Desa Sumberklampok, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng.
 
"Walaupun kecelakaan akibat satwa melintas di TNBB jarang terjadi, tapi tetap kami antisipasi dengan plang himbauan. Jangan sampai Rusa tabrakan sama pemotor, Rusanya lari, pemotornya malah jatuh alias tabrak lari," tandas Wiryawan.(BB)