DPRD Bali Dukung Pembentukan Badan Riset dan Inovasi Daerah

  25 Juli 2019 OPINI Denpasar

Baliberkarya

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Denpasar. Rencana Gubernur Bali Wayan Koster membentuk Badan Riset dan Inovasi Daerah mendapat dukungan dari legislatif. Wakil Ketua DPRD Bali, Nyoman Sugawa Korry, menyatakan wacana membentuk Badan Riset dan Inovasi Daerah ini juga sejalan dengan keinginan masyarakat Bali.
 
 
Menurut Sugawa, wacana Gubernur Koster ini juga sejalan dengan apa yang pernah diwacanakan Fraksi Golkar DPRD Bali. "Kami mendukung wacana Gubernur Bali membentuk Badan Riset dan Inovasi Daerah, karena sejalan dengan wacana yang berkembang di masyarakat. Wacana ini juga sejak dulu didorong oleh Faksi Golkar DPRD Bali,” ujar Sugawa di Denpasar, Kamis (25/7/2019). 
 
Sugawa Korry menyebutkan, di negara-negara maju seperti Jepang dan Taiwan, lembaga semacam ini sudah sejak lama dibentuk dalam pemerintahan tingkat provinsi, dengan didukung oleh lembaga penelitian/laboratorium yang modern. Untuk Provinsi Bali, laboratorium buat penelitian di bidang pertanian dan pengembangan UMKM, termasuk koperasi, lembaga perkreditan, dan Bumdes harus lebih diprioritaskan.
 
"Karena misalnya untuk pertanian, sangat urgen penelitian penyakit tanaman, perusak batang vanili, penyakit pisang, serta upaya pengembangan bibit unggul tanaman yang berbasis plasma nuftah Bali, sesuai dengan kontur dan iklim di Bali," tandas politisi asal Desa Banyuatis, Kecamatan Banjar, Buleleng yang juga Sekretaris DPD Golkar Bali ini.
 
 
Penelitian dan pengembangan UMKM, kata Sugawa, sangat penting untuk menunjang inovasi dan kreativitas pengembangan produk khas Bali. "Untuk implementasi terbentuknya Badan Riset dan Inovasi Daerah ini, kami sarankan diawali dengan tersusunnya Tupoksi yang jelas. Badan ini hendaknya dipimpin oleh figur yang mumpuni di bidang riset dan punya leadership. Untuk hal itu, bisa ditugaskan dari perguruan tinggi yang ada di Bali," katanya. 
 
Menurut Sugawa Korry, kondisi saat ini di sektor pertanian, ada beberapa jenis penyakit seperti CVPD untuk jeruk, busuk batang vanili, busuk batang pisang yang belum bisa ditanggulangi. Begitu juga ketersediaan bibit unggul yang sesuai dengan iklim dan tanah Bali, masih sangat terbatas.
 
Semua ini membutuhkan aspek penelitian dan pengembangan. Begitu juga inovasi untuk industri pengolahan hasil pertanian, penelitian dan pengembangannya masih minim sekali. Maklum, semua membutuhkan anggaran yang cukup.
 
 
“Sedangkan sektor swasta tidak mungkin melakukannya, apalagi UMKM kita. Kalau kita punya lembaga R & D yang baik dan modern, ke depan juga berfungsi sebagai daya tarik wisatawan di mana wisatawan bisa berwisata sekaligus melakukan riset," terang politisi yang dikenal sebagai dedengkot koperasi ini. 
 
Menurut Sugawa Korry, riset di bidang sosial, ekonomi, dan politik juga penting dilakukan. Misalnya, riset tetang kepuasan masyarakat terhadap kebijakan publik, orientasi kewirausahaan generasi muda Bali, pengaruh akulturasi budaya terkait dampak pengembangan pariwisata dan kebijakan pemerintah.
 
"Untuk hal ini, Badan Riset dan Inovasi Daerah sifatnya mengkoordinasikan tenaga dari perguruan tinggi di Bali yang bisa juga bekerjasama dengan perguruan tinggi nasional maupun internasional. Badan Riset dan Inovasi Daerah tidak perlu punya tenaga peneliti sendiri, cukup mengkoordinasikan dan mendukung anggaran," pungkasnya. (BB)