Bandesa Adat Duda Sebut 'Manusia Pengecut' Pasang Spanduk Liar Pertanyakan Fungsi MDA

  20 Juli 2022 OPINI Karangasem

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Karangasem. Temuan spanduk liar yang mempertanyakan fungsi Majelis Desa Adat yang ditemukan beredar sejak tanggal 19 Juli 2022 kemarin, membuat berang Bandesa Adat Duda, Karangasem, I Komang Sujana.

Bandesa Adat yang terkenal merakyat dan tegas tersebut menyatakan, spanduk liar yang dipasang oleh orang misterius tersebut, malah membuat Desa Adat dan Bandesa Adat lebih solid bersama MDA. 

Pemasangan spanduk liar menurutnya, merupakan tindakan pengecut yang tidak mungkin dilakukan oleh Krama Desa Adat yang menjunjung tinggi konsep Manyama Braya, Gilik Saguluk dan Pageh Tekening Dresta Bali. Hal ini terlihat dari kalimat provokatif yang dibungkus dengan diksi "warga" bukan "krama" seperti halnya yang sering digunakan oleh Krama Desa Adat. 

"Diksi yang digunakan, menunjukkan bahwa pemasangan spanduk ini bukan spontanitas, tetapi terencana. Orangnya itu-itu saja, apalagi sebelum ini juga ada berita pemasangan spanduk yang menyudutkan MDA di depan kantor Gubernur Bali," ucapnya. 

Menurut Jro Komang, keberadaan MDA sangat nyata memberikan sumbangsih besar terhadap berbagai pemecahan permasalahan Adat yang dihadapi di Desa Adat. Meskipun sudah ada Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Desa Adat di Bali, tetapi tidak semua bisa memahami dengan utuh dan menafsirkan secara tepat, disinilah peran MDA yang selalu membimbing dan mengayomi Desa Adat.

Menurut Jro Komang, dengan warisan ketidakjelasan masa lalu, membuat Bandesa Adat cukup sulit untuk beradaptasi dan memahami, fungsi dan kedudukan pasca terbitnya Perda 4 Tahun 2019. "Disini juga MDA lah yang berperan untuk mendampingi dan memberikan tafsir - tafsir yang benar terhadap  fungsi dan kedudukan Desa Adat,"jelasnya. 

Jika kemudian muncul permasalahan adat, menurut Jro Komang, sangat wajar, karena dengan Desa Adat sejumlah 1.493 Desa Adat, maka besar kemungkinan akan muncul berbagai permasalahan baik di tingkat keluarga, dadia, pasemetonan, banjar adat hingga Desa Adat. "Masalah itu kan disadari dan muncul oleh pihak-pihak yang bermasalah, kok ini malah MDA yang disalahkan," sentilnya. 

Justru sepengetahuan Jro Komang, selama ini, MDA sangat terbuka untuk menerima siapapun yang ingin berkunjung dan berdiskusi. "Jika benar adalah Krama Bali sejati dan punya nyali, maka datanglah, jangan koar-koar dan pasang spanduk liar, memalukan. Ini bukan karakter kita sebagai orang Bali, jangan mempermalukan leluhurmu dengan menjadi pengecut," sentilnya mengingatkan.(BB).