Apakah Emfisema Itu? Ini Jawabannya

  17 Juni 2016 KESEHATAN Nasional

istimewa

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com - Nasional. EMFISENA merupakan suatu kelainan anatomis paru yang ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal, disertai kerusakan dinding alveoli. 
 
Biasanya, cukup banyak penderita bronkitis kronik juga memperlihatkan tanda-tanda emfisema, termasuk penderita asma persisten berat dengan obstruksi jalan napas yang tidak reversibel penuh, dan memenuhi criteria Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). 
 
Secara morfologis, emfisema dibedakan menjadi 3 tipe yaitu centriacinar, panacinar dan paraseptal. Emfisema centriacinar, kelainan berawal dari bronkiolus respiratorius dan menyebar ke perifer.
 
Disebut juga emfisema centrilobular, bentuk ini berhubungan dengan riwayat merokok jangka lama dan kelainan predominan pada setengah paru bagian atas. 
 
Emfisema panacinar menghancurkan seluruh alveolus dengan pola yang seragam dan predominan pada setengah paru bagian bawah. Emfisema tipe ini umumnya ditemukan pada pasien dengan defisiensi alfa-1 antitripsin (AAT) homozigot.
 
Pada seorang perokok, emfisema panacinar lokal di dasar paru dapat menyertai emfisema centriacinar. 
 
Emfisema paraseptal juga dikenal sebagai emfisema asinar distal, terutama merusak struktur saluran napas distal, duktus alveolaris dan sakus alveolaris. Proses penyakit terlokalisir di sekitar septa paru atau pleura.
 
Meskipun aliran udara biasanya tetap lancar, namun bula di apeks paru bisa menyebabkan pneumotoraks spontan. Giant bullae kadang-kadang menyebabkan kompresi yang berat terhadap jaringan paru di sekitarnya. 
 
Pada emfisema terjadi inflamasi yang menyebabkan perubahan patologi berupa peningkatan sel inflamasi di sebagian besar bagian paru meliputi saluran napas proksimal, saluran napas perifer dan parenkim paru. 
 
Pada saluran napas proksimal (trakea dan bronkus berdiameter di atas 2 mm) terjadi peningkatan sel inflamasi yaitu makrofag, limfosit CD 8+ (sitotoksik), sedikit neutrofil dan eosinofil.
 
Selain itu terjadi peningkatan jumlah sel goblet dan pembesaran kelenjar submukosa, keduanya menyebabkan hipersekresi. 
 
Pada saluran napas perifer (bronkiolus dengan diameter di bawah 2 mm) terjadi peningkatan sel-sel inflamasi seperti pada saluran napas proksimal, ditambah limfosit B, folikel limfoid, dan fibroblast. 
 
Kelainan pada parenkim paru berupa kerusakan bronkiolus dan alveolus. Kerusakan pada dinding alveolus menyebabkan mereka bergabung seperti sekelompok anggur menjadi kantong udara yang lebih besar, bentuk tidak teratur dan ada celah di antara alveoli tersebut. 
 
Struktur demikian menyebabkan berkurangnya luas permukaan dinding alveoli yang kontak dengan kapiler darah, sehingga jumlah oksigen yang masuk ke pembuluh darah juga berkurang. 
 
Emfisema secara perlahan juga menghancurkan jaringan elastik yang berfungsi menjaga saluran napas kecil sampai alveoli agar mereka tetap terbuka.
 
Bila jaringan elastik berkurang atau menghilang maka tidak ada lagi yang menahan agar saluran napas tetap terbuka, sehingga saluran napas menyempit dan bisa kolaps, akibatnya sisa udara dalam alveoli tidak bisa keluar. 
 
Penyempitan saluran napas terjadi saat ekspirasi karena saat itu volume rongga thoraks berkurang sehingga tekanan dalam jaringan paru meningkat. Sebaliknya saat inspirasi, volume rongga toraks meningkat, tekanan rongga toraks relatif berkurang sehingga saluran napas tetap terbuka. (BB/inilah)