Hadiri Ngenteg Linggih Pura Dharma Sarati Boyolali Jateng, Wabup Ipat Minta Umat Sedharma Jaga Toleransi
Selasa, 04 Juli 2023
Baliberkarya (Dok Humas)
Baliberkarya.com - Jembrana. Sebagai bentuk dukungan kepada umat Hindu yang ada di Pulau Jawa Pemerintah Kabupaten Jembrana memberikan bantuan sarana upacara berupa Upakara/Banten kepada Pengempon Pura Dharma Sarati Boyolali untuk pelaksanaan Upacara Ngenteg Linggih.
Pura Dharma Sarati Boyolali dibangun atas pentunjuk Tokoh Umat Hindu Jawa Romo Sri Maming asal Kabupaten Cirebon, Jawa Barat yang mendorong umat sedharma di Desa Dlingo untuk membangun sebuah pura sebagai tempat persembahyangan pada tahun 1997. Upacara/Karya Ngenteg Linggih Pura Dharma Sarati Boyolali dihadiri Wakil Bupati Jembrana IGN Patriana Krisna (Ipat). Senin (3/7) di Desa Dlingo, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah.
Wakil Bupati Jembrana IGN Patruana Krisa (Ipat) dalam sambutannya mengatakan Pemerintah Kabupaten Jembrana membantu pelaksanaan Ngenteg Linggih Pura Dharma Sarati adalah sebuah bentuk silaturahmi untuk menjaga hubungan antar umat sedharma.
"Jawa dan Bali itu punya hubungan yang kuat dari segi budaya, kami berkeyakinan bahwa umat hindu yang ada di Bali saat ini dahulu berasal dari Jawa, maka hari ini Jembrana hadir disini untuk bersilaturahmi menjaga hubungan baik dengan umat sedharma di Boyolali, dan bukan hanya disini, kami hadir untuk seluruh umat sedharma yang ada di tanah Jawa," jelas Wabup Ipat.
Pihaknya menambahkan agar umat sedharma menjaga silaturahmi dan memelihara toleransi yang telah tumbuh baik di Kabupaten Boyolali Jawa Tengah. "Saya melihat toleransi antar umat bergama terjalin dengan baik disini, saya lihat umat lain turut membantu pelaksaan acara, sama halnya dengan masyarakat Jembrana yang dapat berdampingan meski berbeda agama, jaga selalu toleransi ini untuk menciptakan kedamaian dalam kehidupan," imbuhnya.
Ketua Panitia Ngenteg Linggih Pura Dharma Sarati Jumali,S.Ad.,Spd memberikan apresiasi atas bantuan yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten Jembrana. "Terima kasih kepada rombongan dari Bali, utamanya Pemerintah Kabupaten Jembrana yang telah memberikan segalanya, arahan, bimbingan dan bantuan sehingga prosesi ngenteg linggih berjalan sesuai keinginan," ucapnya.
Sementara, Sriyono Pengempon sekaligus putra pertama dari lima bersaudara keturunan Romo Mangku Sutoyo Pemangku Pura Dharma Sarati Boyolali meceritakan secara ringkas sejarah berdiri pura yang dibangun diatas tanah miliknya.
"Ini atas dorongan Romo Maming asal Cirebon pada tahun 1997 untuk membangun sebuah Padma, serta atas dasar keinginan kami umat di Desa Dlingo untuk memiliki bangunan pura, Saya kemudian mewakapkan tanah untuk dibangun Pura yang saat ini menjadi Pura Dharma Saratu dengan 40 orang pengempon dari 18 KK yang tinggal di Kecamatan Mojosongo," terangnya.
Terakhir, pihaknya menjelaskan Upacara Ngenteg Linggih dapat terlaksana berkat bantuan dari Pemerintah Kabupaten Jembrana. "Ngenteg Linggih atau Jumenengan Dewa Dewi dapat terlaksana berkat bantuan Pemerintah Jembrana dari upakara, kesenian sampai mendatangkan sulinggih Ida Sri Bhujangga Istri Agni Hari Sri Sedana, Ida Rsi Agung Pamecutan, asal Pulau Bali dan Romo Wiku Satya Dharma Telaga asal Kota Salatiga Jawa Tengah, yang muput karya", pungkasnya.
Turut hadir Kepala BPKAD Kabupaten Jembrana, Kepala Desa Mojosongo, Ketua PHDI Kabupaten Boyolali, Dwi Setiawan,S.Ag Penyuluh Agama Hindu Kabupaten Boyolali, Tokoh Adat dan Tokoh Agama Boyolali, Danramil Mojosongo, Kapolsek Mojosongo, Ketua RT Dlingo, serta mahasiswa Universitas Negeri Islam Surakarta. (Rls/BB)