Baliberkarya.com - Suara Rakyat Bali Membangun

JL. Patih Nambi XII No.5, Desa Ubung Kaja, Denpasar Utara

Call:081353114888

redaksi@baliberkarya.com

Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak Meningkat di Jembrana

Rabu, 07 Juni 2023

Baliberkarya.com - Suara Rakyat Bali Membangun

Ket poto: Kepala UPTD PPA Ida Ayu Sri Utami Dewi

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com - Jembrana. Kasus kekerasan terhadap anak dari tahun ke tahun mengalami peningkatan di Kabupaten Jembrana. Menurut data yang diperoleh dari tahun 2022 terjadi kasus sebanyak 30 kasus, sedangkan di tahun 2023 dari bulan januari dampai bulan Mei baru terdapat 7 kasus. Untuk mengantisipasi hal tersebut, berbagai upaya dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) Kabupaten Jembarana dengan melakukan sosialisasi kesekolah-sekolah mulai dari tingkat SD sampai ketingat SMA.

Dalam kegiatan sosialisasi lanjutan kali ini, dihadiri oleh Perwakilan Dinas PPAPPKB, KUPT PPA Ida Ayu Sri Utami Dewi, Wakil Ketua Forum Puspaga/Pemerhati Anak Ni Putu Witari dan Duta Anak Bali 2023 serta Forum Anak Kabupaten Jembrana yang bertempat di SMPN 3 Negara Kelurahan Pendem, Kecamatan Jembrana.

Usai kegiatan Kepala UPTD PPA Ida Ayu Sri Utami Dewi, mengatakan kasus kekerasan seksual terhadap anak di Kabupaten Jembrana dikatagorikan mengkhawatirkan. kasus tersebut terilang menigkat sekitar hampir 80 persen kasus.

“Dari total 37 kasus yang dilaporkan, sebagian besar telah memasuki tahap keputusan sidang, sedangkan beberapa kasus masih dalam proses putusan. Selain itu, terdapat juga kasus yang sedang menunggu proses banding dan pendampingan,” terangnya. Rabu (7/6/2023)

Sri Utami menjelaskan peningkatan kasus kekerasan terhadap anak di Kabupaten Jembrana terjadi sejak dimulainya pandemi. Salah satu faktor yang berkontribusi terhadap peningkatan tersebut adalah perkembangan teknologi, seperti ponsel pintar berbasis Android. “Anak-anak seringkali tidak mampu mengontrol akses ke situs-situs atau tautan porno. Sifat rasa penasaran yang tinggi pada anak-anak membuat mereka tertarik untuk mengeksplorasi hal-hal yang sebenarnya tidak boleh mereka ketahui,” jelasnya.

Menurutnya, banyak orang tua yang keliru berpikir bahwa anak-anak mereka menggunakan ponsel pintar untuk belajar, padahal dalam banyak kasus, penggunaan ponsel pintar menjadi pemicu meningkatnya kasus kekerasan terhadap anak. “Anak-anak yang menghabiskan waktu mereka dengan memegang ponsel dan mengakses situs berbahaya sering kali menjadi penasaran dan ingin mencoba hal-hal yang belum mereka pahami dampaknya,” ungkapnya.

Untuk mengatasi masalah ini, Sri Utami melanjutkan, pihaknya telah melaksanakan sosialisasi di berbagai banjar dan organisasi wanita di Jembrana, termasuk organisasi anak-anak muda. Sosialisasi tersebut melibatkan pihak kepolisian, kejaksaan, dan tim perlindungan perempuan dan anak. “Kegiatan sosialisasi ini dilakukan menjelang libur selama sebulan untuk mengantisipasi kejadian yang mungkin terjadi,” ujarnya.

Lebih jelasnya Sri Utami mengatakan, meskipun di sekolah, anak-anak dapat diawasi oleh guru-guru, namun situasi menjadi lebih khawatir saat mereka libur. Pihaknya berencana menyasar sekolah menengah atas dalam waktu dekat, setelah selesai dengan sekolah menengah pertama dan sekolah dasar. “Rencana kami kedepan akan melibatkan Kominfo terkait penggunaan ponsel pintar berbasis Android. Kami terus berupaya melakukan sosialisasi dari berbagai sudut untuk setidaknya meminimalisir kasus kekerasan terhadap anak,” pungkasnya. (BB)


Berita Terkini