Tanam Saja Adakan Sekolah Lapang Pembuatan Pengendali Hama Alami
Selasa, 24 November 2020
Baliberkarya.com Denpasar - Setelah 2 kali melakukan pembagian benih untuk kebun rumah tangga dan kebun komunitas, jelang akhir tahun ini, Tanam Saja, kembali berbagi, bukan hanya benih, tapi kali ini berbagai pengetahuan untuk pengelolaan kebun.
Akhir pekan lalu, Sabtu, 21 November 2020, Tanam Saja mengadakan sekolah lapang untuk perawatan kebun, dengan materi pembuatan pengendali hama nabati.
Sekolah lapang pembuatan pengendali hama nabati diadakan di kebun Terangkila, Singaraja. Terangkila merupakan kebun yang dibangun dari inisiatif para pemuda di Singaraja, baik itu mahasiswa maupun pelajar.
Pada awalnya kebun ini hanya menjadi pengisi waktu luang di kala pandemi Covid-19. Namun lambat laun, Terangkila semakin membantu memenuhi kebutuhan pangan para pengurusnya dan juga warga sekitar kebun.
Program sekolah lapang dari Tanam Saja ini diadakan untuk memberikan dukungan pengetahuan yang diperlukan oleh pengelola kebun.
Sebelum sekolah lapang dimulai, Dayat—salah satu pengurus kebun Terangkila—menemani Roberto Hutabarat sebagai pakar dari Tanam Saja untuk mengecek kondisi kebun.
Selain memeriksa kondisi kebun secara umum, Roberto dan pengurus kebun juga melakukan pengecekan jenis hama yang menyerang tanaman di Terangkila, sebelum kelas sekolah lapang yang bertemakan pembuatan pengendali hama ini dimulai.
Setelah dilakukan pengecekan pada kebun, ditemukan 2 jenis hama, yakni thrips dan kutu kebul.
“Serangan hama di Kebun Terangkila ini masih dalam kategori ringan, karena hanya sedikit tanaman yang diserang thrips dan kutu kebul, sehingga sekolah lapangannya hanya membuat pengendali hama yang ringan, †kata Roberto.Â
Roberto menerangkan, terdapat tiga kategori pengendali hama nabati yaitu ringan, menengah, dan tinggi. Pada pengendali hama ringan ini, tidak diperlukan proses fermentasi dan hanya direndam.
Pengendali hama menengah dapat menggunakan daun intaran dan daun sirsak yang dihancurkan dan difermentasi selama sehari, sedangkan untuk kategori tinggi dapat menggunakan tembakau.
Pembuatan pengendali hama ringan dalam sekolah lapang tersebut menggunakan serai, bawang putih, dan jeruk nipis. Alasan dari penggunaan ketiga bahan tersebut karena melihat karakter dari hama serangga yang memiliki penciuman tajam, hal ini membuat hama akan terganggu dengan aroma menyengat dan keras.
Proses pembuatannya, ketiga bahan kemudian dihaluskan secara terpisah, direndam air lalu disaring dan disemprotkan bergantian setiap tiga hari.
Setelah proses pembuatan pengendali hama nabati selesai, tepat pukul 17.00 WITA para peserta menuju kebun dan mulai menyemprotkan pengendali hama nabati yang baru saja dibuat. Sembari menyemprot, Roberto juga menerangkan beberapa hal yang perlu diperhatikan.
“Waktu penyemprotan yang sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari. Pada setiap penyemprotan, atau setiap tiga hari sekali pengendali hama yang digunakan harus berbeda agar hama tidak mudah resisten,†ujar Roberto.
Meskipun pengendali hama nabati tersebut alami dan organik, namun tetap mengeluarkan senyawa-senyawa kimia yang bila digunakan tidak sesuai takarannya akan berbahaya bagi tanaman maupun binatang lainnya.
Selain itu hama juga lambat laun akan resisten, sehingga pengendali hama nabati tidak mampu lagi mengendalikan hama. Maka dari itu, sebelum memutuskan untuk melakukan penyemprotan ataupun pembuatan pengendali hama nabati, ada baiknya melakukan pencegahan terlebih dahulu.
Pencegahan ini dilakukan dengan memanfaatkan predator-predator alami untuk memangsa hama. “Pencegahan lebih baik dari pemusnahan, pencegahan ini juga menjadi bagian dari perawatan kebun,†ungkap Roberto kepada para peserta sekolah lapang.
Salah satu upaya untuk mengundang para predator hama yaitu dengan menanam bunga matahari. Bunga ini akan memancing predator seperti kumbang, tawon, lebah, dan capung untuk memangsa hama, termasuk larva-nya.
Ataupun upaya yang dilakukan kawan-kawan Terangkila dengan membuat kolam ikan yang dipasang lampu di atasnya. Ketika malam hari lampu tersebut akan memancing hama—seperti laron—untuk mendekat, dan akan terjatuh ke kolam.
Proses yang berlangsung secara alami ini merupakan cerminan dari kebun organic yang sehat. “Indikator kebun yang sehat adalah adanya rantai makanan,†terang Roberto.
Sebelumnya kegiatan sekolah lapang di Singaraja, Tanam Saja, bersama Yayasan IDEP telah mengadakan kursus online desain kebun kepada khalayak netizen secara langsung dari kebun Yayasan IDEP.
Kursus desain kebun ini meliputi perencanaan bentuk kebun, fungsi kebun, integrasi kebun dengan pemilihan jenis tanaman dan pencegahan/pengendalian hama.