Bali Jangan Terapkan "Sipeng" atau PSBB, Gus Adhi: Citra Bali Akan Rusak?, Jangan "Bengkung"
Senin, 20 April 2020
Anggota Komisi IV DPR RI asal Bali AA Bagus Adhi Mahendra Putra atau Gus Adhi bagikan 30 ribu masker bantu warga
Baliberkarya.com-Denpasar. Menghadapi pandemi virus Corona atau Covid-19, Majelis Desa Adat (MDA) bersama PHDI Bali sempat merencanakan Sipeng atau Lockdown Lokal ala Bali selama tiga hari namun ditolak "mentah-mentah" oleh banyak pihak sehingga akhirnya MDA bersama PHDI "menyerah" dan membatalkannya. Sementara Pemerintah pusat mencetuskan PSBB (Pembatasan Sosial Bersekala Besar) jika virus mematikan tersebut mewabah disuatu wilayah.
Menanggapi sipeng atau Lockdown Lokal ala Bali dan PSBB atau Pembatasan Sosial Bersekala Besar, Anggota DPR RI asal Bali AA Bagus Adhi Mahendra Putra atau Gus Adhi menegaskan Bali jangan sampai menerapkan kedua hal tersebut, baik sipeng maupun PSPB. Menurut Gus Adhi, masih ada upaya lain yang bisa ditempuh untuk memutus mata rantai penyeberangan virus ini di Pulau Bali.
"Saya memandang jangan sampai terjadi PSBB dan sipeng di Bali. Ini akan lebih fatal. Kalaupun harus ada, itu adalah pilihan paling terakhir," kata Gus Adhi ini saat ditemui di kediamannya di Jero Amatra Kerobokan, Badung, Senin (20/4/2020).
Menurut Anggota Komisi IV DPR RI yang membidangi pertanian, lingkungan hidup, kehutanan dan kelautan ini kalau terjadi PSBB atau Sipeng di Bali maka citra Bali sebagai destinasi pariwisata internasional juga akan turun. Bali adalah daerah pariwisata dan kalau kasus Corona ini bisa ditekan dan kesehatan masyarakat bisa dijaga dengan baik maka terbuktilah pemberitaan media asing bahwa "Bali sakti dan kebal" menghadapi Corona.
"Hal ini akan mengangkat orang Bali yang taat jalankan filosofi kehidupan Tri Hita Karana. Dimana Tri Hita Karana akan jadi pondasi kuat jaga Bali dan jadi filosofi dunia. Jalankan Tri Hita Karana dengan baik maka bencana bisa dihindarkan," jelas Gus Adhi yang merupakan Anggota DPR RI dua periode yakni 2014-2019 dan 2019-2024 ini.
Untuk menghadapi pandemi Covid-19, politisi muda Partai Golkar ini mengungkapkan bahwa Bali punya modal berupa kearifan lokal yang kuat yakni berupa banjar, desa adat, dan subak dalam konteks pertanian. Belum lagi ditambah spirit menyama braya (persaudaraan dalam perbedaan), segilik seluluk selunglung sebayantaka, paras paros sarpanaya (berat sama dipikul, dan ringan sama dijinjing serta dilakukan tanpa pamrih) dan “vasudeva kutumbhakam†(kita semua satu keluarga).Â
"Spirit kearifan lokal itu harus dijalankan betul. Jadi jangan bicara sipeng dulu. Jangan sampai sipeng dan PSBB berlaku di Bali," harapnya.Â
Bagi Gus Adhi, salah satu kunci utama memutuskan mata rantai penyebaran virus Corona atau Covid-19 ini adalah dengan taat dan disiplin mengikuti serta menjalankan semua anjuran dan himbauan pemerintah. Mulai dari melakukan physical distancing atau jaga jarak, hindari kerumunan, tidak keluar rumah jika tidak mendesak, bekerja, belajar dan beribadah dari rumah.
Selain itu, lanjut Gus Adhi, menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan rajin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Serta taat menggunakan masker ketika keluar rumah, saat kembali ke rumah jangan lupa cuci tangan, mandi, dan ganti pakaian.
"Kuncinya jangan bengkung. Kalau bengkung masyarakat bahaya. Kalau tidak bengkung maka PSBB tidak perlu dilakukan. Tapi kalau masyarakat bengkung baru tempuh sipeng dan PSBB. Tapi pemerintah harus jamin penuh kebutuhan dasar masyarakat seperti sembako. Pertanyaannya apakah pemerintah siap? Apakah cukup anggarannya," tegas Gus Adhi mengakhiri.(BB).