Baliberkarya.com - Suara Rakyat Bali Membangun

JL. Patih Nambi XII No.5, Desa Ubung Kaja, Denpasar Utara

Call:081353114888

redaksi@baliberkarya.com

Jaya Negara Nyanggingin Serangkaian Karya Metatah Lan Menek Kelih Paiketan Mahasatya

Minggu, 20 Oktober 2019

Baliberkarya.com - Suara Rakyat Bali Membangun

Humas Denpasar

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Denpasar. Sebagai wujud sradha dan bhakti umat kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa serta membantu sesama, Paiketan Mahasatya, KSU Santi Asih, Br. Tatasan Kaja menggelar upacara Manusa Yadnya Karya Metatah dan Menek Kelih Massal. Dalam kesempatan tersebut Wakil Walikota Denpasar, IGN Jaya Negara "ngayah" Nyanggingin serangkaian karya metatah yang digelar bertepatan dengan Redite Pon Perangbakat, Minggu (20/10).
 
 
Sebagai Wakil Walikota, Jaya Negara memang tidak asing lagi dalam tugas  nyanggingin. Terlihat begitu terampil dan apik dalam menatah. Lantunan kidung dan suara gender mengiringi Wawali Jaya Negara melaksanakan tugas dalam menatah peserta. Hadir dalam kesempatan tersebut Ketua DPRD Kota, I Gusti Ngurah Gede, Anggota DPRD Provinsi Bali, AA Ngurah Adhi Ardhana, Ketua Komisi I DPRD Kota Denpasar, I Ketut Suteja Kumara, Pimpinan OPD serta sanak saudara dan peserta metatah dan menek kelih masal.
 
Disela-sela pelaksanaan karya Wakil Walikota Denpasar, IGN. Jaya Negara mengatakan bahwa ritual potong gigi (mepandes) yang merupakan salah satu ritual Manusa Yadnya yang wajib dilakukan. Dalam agama Hindu Mepandes wajib dilakukan ketika anak menginjak usia remaja atau sudah dewasa. Ritual ini bertujuan untuk mengendalikan 6 sifat buruk manusia yang menurut agama Hindu dikenal dengan istilah sad ripu (enam musuh dalam diri manusia), ujarnya.
 
Lebih lanjut dikatakannya, selain merupakan sebuah kewajiban yang dilaksanakan dalam kehidupan, metatah merupakan upacara untuk menetralisir sifat buruk dalam diri manusia yang disebut dengan Sad Ripu yang meliputi Kama (sifat penuh nafsu indriya), Lobha (sifat loba dan serakah), Krodha (sifat kejam dan pemarah), Mada (sifat mabuk atau kemabukan), Matsarya (sifat dengki dan irihati), dan Moha (sifat kebingungan atau susah menentukan sesuatu).
 
 
“Metatah dan Menek Kelih masal merupakan wujud bhakti kepada Sang Pencipta, sehingga guna memnuhi kewajiban manusia wajib beryadnya, Dengan dilaksanakannya karya metatah dan menek kelih masal ini diharapkan mampu meningkatkan sradha dan bhakti umat, serta para peserta atau yang bersangkutan mampu menjadikan diri lebih dewasa dan bijak baik dalam berpikir, berbuat dan berbicara,” ujar Jaya Negara.
 
Sementara Penasehat Panitia Karya Metatah dan Menek Kelih Masal, I Ketut Suteja Kumara didampingi Penasehat Paiketan Mahasatya, I Ketut Catur serta Ketua PanitiaI Made Karmana menjelaskan bahwa seluruh rangkaian karya dilaksanakan sejak pagi hari Minggu (20/10) yang diawali dengan Medengan-dengan (Pengekeban) dan Mekala-Kalaan. Dilanjutkan dengan Upacara Metatah dan Menek Kelih serta Natab Mepedamel yang dipimpin Ida Pedanda Griya Toko. Seluruh rangkaian acara akan berakhir dengan pelaksanaan upacara madingin kasur yang dilaksanakan pada Senin (23/10).
 
Catur mengatakan bahwa dari pelaksanaan Karya Manusa Yadnya ini merupakan ajang untuk saling membantu serta meringankan beban sesama Umat Hindu, serta meningkatkan syukur dan bhakti kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa.
 
“Tentu kami dari Paiketan dan Koperasi berkomitmen untuk membantu sesama serta meringankan beban umat dalam pelaksanaan yadnya, serta selalu berharap kegiatan ini dapat memberikan manfaat serta dapat meningkatkan sradha dan bhakti umat,” jelasnya. (BB).


Berita Terkini