Ratusan Wisman Saksikan Pameran Jamu di Sanur
Minggu, 15 September 2019
GNW for Baliberkarya
IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI
GOOGLE NEWS
Baliberkarya.com-Denpasar. Ratusan wisatawan mancanegara yang sedang menikmati liburan di Pulau Dewata menyempatkan diri untuk menyaksikan pameran jamu dan obat-obatan tradisional yang digelar Pimpinan Daerah Gabungan Pengusaha (DPD GP) Jamu Bali di bibir pantai sekitar Hotel Inna Sindu Beach Sanur, Denpasar, Minggu, 15 September 2019.
Wisman menyaksikan pameran di lokasi yang strategis yang menampilkan berbagai jenis jamu khas Bali dan obat-obatan herbal, sebelum mereka berjemur menikmati sinar mantari pagi di pantai berpasir putih, yang juga dipadati masyarakat setempat yang berenang sambil menikmati deburan ombak kecil.
Pelancong yang mengingap di sejumlah hotel itu melewati stand pameran dan mereka tertarik untuk melihat-lihat, mencoba minum jamu, bahkan membeli produk herbal yang dibuat dari ratusan jenis tanaman.
Idenka Vamcek (62), wisatawan Australia bersama suaminya yang sedang menikmati sinar mentari pagi di atas kursi malas pada hamparan berpasir putih, sengaja menyempatkan diri untuk membeli teh herbal dan Minyak Oles Bokashi produksi PT Karya Pak Oles Tokcer.
Demikian pula wisatawan lainnya juga membeli berbagai jenis produk herbal yang terbuat dari ratusan jenis tanaman obat, tanpa mempunyai efek samping. PT Karya Pak Oles Tokcer salah satu dari enam peserta pameran tersebut memproduksi produk herbal berupa Minyak Oles Bokashi dan 33 jenis produk lainnya berbasis minyak fermentasi dengan teknologi Effective Microorganisme (EM) temuan Prof. Dr. Teruo Higa dari Jepang serta informasi dari Ramuan Pusaka Dadong Bandung yang merupakan ramuan warisan dari nenek Pak Oles.
BACA JUGA : Kasus Rabies di Bali Alami Tren Penurunan
Teh herbal merupakan produk herbal Pak Oles yang baru dengan 13 jenis varian yang telah menjangkau pasaran dalam dan luar negeri. Dalam tahun 2019 Pak Oles segera mempersiapkan 16 jenis teh herbal untuk diproduksi. Melalui proses penelitian teh herbal tersebut akan bisa dikembangkan budaya dan pengolahan bahan baku teh herbal yang berkualitas, termasuk teh dari bahan baku tanaman benalu.
Ketua DPD GP Jamu Daerah Bali, Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr yang akrab disapa Pak Oles menjelaskan, pameran sehari itu selain melibatkan perusahaannya juga diikuti lima perusahaan lainnya yang terdiri atas Padma Herbal, Jung Kumis, Minyak Seger, Nadis Herbal dan Bali Tangi.
Pameran berskala kecil itu bertujuan untuk memperkenalkan berbagai jenis produk jamu kepada masyarakat internasional yang sedang berliburan di Bali dan mendidik masyarakat setempat agar membiasakan konsumsi jamu dan obat-obatan herbal dalam meningkatkan ketahanan tubuh dari serangan penyakit.
Selain itu masing-masing produsen jamu dapat menyedot animo masyarakat luas terutama untuk mengetahui dan ikut mengenalkan jamu Bali secara lebih meluas. Kegiatan di daerah tujuan wisata itu dapat menjadi ajang bagi GP Jamu Bali untuk mengenalkan kekayaan alam berupa tanaman yang berkhasiat obat kepada masyarakat luas yang dikemas dalam produk-produk ramah lingkungan. Terutama kepada warga asing yang sedang menikmati indahnya panorama pantai Sanur maupun masyarakat setempat.
Pameran berskala kecil itu sekaligus mencari inspirasi, mengembangkan ide dan gagasan untuk melaksanakan kegiatan berskala nasional maupun internasional, sehingga cita rasa jamu Bali dapat dinikmati masyarakat secara nasional maupun internasional. PT Karya Pak Oles Tokcer produksi Minyak Oles Bokashi dan 33 jenis produk lain juga hasilkan minuman herbal loloh yang sangat disenangi masyarakat dan wisatawan asing yang sedang menikmati liburan di Bali.
Wisatawan asing mulai tertarik menikmati minuman herbal Loloh Pak Oles yang disajikan pihak hotel dan restoran setempat. Ratusan hotel dan restoran yang berjejer di sepanjang Pantai Kuta dan Nusa Dua, Kabupaten Badung menyajikan minuman tradisional itu secara berkesinambungan. Minuman dalam bentuk kemasan tanpa bahan pengawet dapat bertahan selama tujuh hari itu sangat diminati pelancong maupun masyarakat setempat yang diproduksi sejak pertengahan tahun 2015.
Menurut Komang Dharma (38), staf produksi Herbal Loloh, salah satu unit produksi PT Karya Pak Oles Group, sekitar 60% hotel dan restoran di Kuta dan Nusa Dua telah berlangganan loloh, meskipun jumlahnya belum secara besar-besaran. Awalnya di lokasi Pak Oles Green School Jl Waribang, Kesiman, Denpasar dilengkapi restoran yang menyajikan menu hidangan dengan minuman herbal loloh yang ternyata sangat disenangi konsumen, bahkan sampai kewalahan melayaninya pesanan.
Atas dasar itu, Pak Oles lalu mengembangkan herbal Loloh dalam bentuk kemasan sebagai unit usaha baru mulai pertengahan tahun 2015 dengan lokasi di Jalan Pendidikan Sidakarya, Denpasar Selatan. Produksi setiap bulannya bervariasi antara 5.000-10.000 botol, masing-masing dengan ukuran kecil yakni 330 meliliter. Bahan baku didatangkan secara berkesinambungan dari Kebun Percontohan Tanaman Obat di Waribang seluas 40 are dan kebun Pak Oles di Sibang, Abiansemal 27 are.
Untuk setiap pembuatan 80 botol herbal loloh itu membutuhkan bahan baku 2,5 kg daun katu (kayu manis), 0,7 kg daun bluntas, 0,7 kg daun blimbing buluh dan 1,5 kg daun daluman dan buah markisar. Semua bahan baku disiapkan dengan baik mulai dari proses pemilahan daun, membersihkan dengan mencuci dan proses pencampuran dengan timbangan yang tepat, dengan menekankan kebersihan, sesuai ketentuan dan persyaratan dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), ujar Komang Dharma.
DPD GP Jamu Daerah Bali sebelumnya pernah menjalin kerja sama dan bersinergi dengan Persatuan Kosmetik Indonesia Bali (Perkosmi) untuk mengadakan berbagai kegiatan secara terpadu yang saling mendukung satu sama lainnya, antara lain seminar kosmetik yang aman dan nyaman bagi konsumen. Sinergi kedua organisasi itu mampu meningkatkan citra obat tradisional Bali dalam menguasai pasaran lokal, nasional maupun menembus pasaran luar negeri. Selain itu juga mengajak seluruh anggota untuk merangkul dan membina usaha jamu dan pengadaan obat tradisional Bali dalam meningkatkan mutu produksi.
Hal itu sangat penting agar aneka jenis produksi obat-obatan tradisional Bali yang dihasilkan sesuai standar dan mampu meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat serta terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. “Jika ada masyarakat yang memproduksi jamu dan obat tradisional Bali agar sesuai dengan standar, karena jika sampai melanggar jelas citra kita akan menurun,” ujar Pak Oles.
Pameran tersebut juga disaksikan Manajer Produksi PT Karya Pak Oles Tokcer Ni Made Lidyawati serta kedua orang tua Pak Oles yakni Ayah kandung Ketut Sudana (86), Ibunya Luh Sriwati, serta tiga dari empat putranya masing-masing Kadek Brahma Siro Wididana, Komang Wibhuti Emriko dan Ketut Pandu Kumara.(BB)