Baliberkarya.com - Suara Rakyat Bali Membangun

JL. Patih Nambi XII No.5, Desa Ubung Kaja, Denpasar Utara

Call:081353114888

redaksi@baliberkarya.com

Miliki Potensi Besar, Fakultas Pertanian Dwijendra Bekali Mahasiswa 'Inklusi Agribisnis'

Jumat, 12 Juli 2019

Baliberkarya.com - Suara Rakyat Bali Membangun

Baliberkarya

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Denpasar. Indonesia sebagai negara agraris, sektor agribisnis masih menyimpan potensi yang cukup besar. Apalagi dengan sentuhan teknologi, inklusi agribisnis tentu bisa semakin berkembang termasuk makin digeluti generasi muda untuk membuat startup (usaha rintisan) atau menjadi wirausaha (entrepreneur) muda di bisnis ini.
 
 
Dengan potensi besar ini, Fakultas Pertanian Universitas Dwijendra Denpasar menggugah para mahasiswa agar berani terjun di sektor agribisnis dengan pemahaman rantai nilai dari hulu hingga ke hilir sehingga mereka tidak hanya terjebak dalam produksi namun juga paham soal pemasaran dan aspek lainnya.
 
Hal itu disampaikan dalam seminar "Membangun Agribisnis dalam Peningkatan Pendapatan Pertanian" yang digelar Fakultas Pertanian Universitas Dwijendra Denpasar di Aula Udyana Santhi Yayasan Dwijendra Denpasar.
 
Seminar kali ini menghadirkan narasumber Prof. Ir. I G. A.A. Ambarawati,M.Ec.,PhD., guru besar Program Studi (Prodi) Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana dan Rektor Universitas Dwijendra Denpasar Dr. Ir. Gede Sedana, M.Sc., M.MA., dengan moderator Ni Made Intan Maulina, S.P., M.P. Hadir pula Dekan Fakultas Pertanian Ir. Ni Ketut Kariati, bersama para dosen dan mahasiswa peserta seminar.
 
Agribisnis merupakan suatu konsep yang utuh dan menyeluruh mulai dari persiapan produksi, proses produksi, pengolahan produk, pemasaran produk dan kegiatan lainnya yang berkaitan dengan kegiatan pertanian. Oleh karenanya agribisnis merupakan bisnis berbasis usaha pertanian atau bidang lain yang mendukungnya, baik di sektor hulu maupun hilir. 
 
Aktivitas agribisnis berada dalam beberapa subsistem, yaitu: (i) sub-sistem pengadaan dan distribusi sarana produksi, alat dan mesin pertanian; (ii) sub-sistem usahatani atau on-farm; (iii) sub-sistem pengolahan dan penyimpanan produk (agroindustri); (iv) sub-sistem pemasaran; dan (v) sub-sistem penunjang. 
 
 
Sub-sistem penunjang ini mencakup berbagai sektor yang mendukung terselenggaranya kegiatan bisnis pertanian, seperti, lembaga keuangan (bank), prasarana dan sarana serta jasa transportasi, penyuluhan dan pelatihan pertanian, layanan informasi (teknologi, keuangan/kredit, pasar), kegiatan penelitian, serta kebijakan pemerintah yang berkenaan dengan aktivitas bisnis pertanian. 
 
"Inklusi agribisnis  harus dibangun dari hulu ke hilir secara terintegrasi dan berkelanjutan. Tidak bisa sepotong-sepotong," kata Rektor Universitas Dwijendra Denpasar Dr. Ir. Gede Sedana, M.Sc., M.MA.
 
Dan paling penting juga, lanjut Gede Sedana adalah membangun model bisnis agar bisa mempertemukan para aktor di pasar. Ada petani, kelompok tani, pengusaha, ritel, pemerintah, NGO, lembaga keuangan dan lainnya.
 
 
"Harus ada kesepakatan antar pihak, siapa melakukan apa. Peran masing-masing aktor di pasar harus jelas," terang Dr. Sedana yang dikenal banyak pengalaman kerjasama program lembaga luar negeri ini seperti Bali Beach Conservation Project, Jepang (2001-2003) dan di AIP-Prisma, DFAT, Australia (2014-2017) 
 
"Misalnya kelompok tani sediakan kopi berkualitas dalam hal volume. Perusahaan juga punya kewajiban membina pertani. Jadi ada kebersamaan diantara para aktor yang terlibat," sarannya.
 
Gede Sedana juga menjelaskan materi terkait bisnis inklusif kopi di Bali berdasarkan pengalamannya di Kabupaten Manggarai Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
 
Pengelolaan bisnis inklusif kopi telah dilakukan di Manggarai yang diprakarsai dan diselenggarakan proyek AIP-PRISMA (Australia-Indonesia Partnership-Promoting Rural Income through Support for Markets in Agriculture) yang dimulai tahun 2014 sampai 2017. 
 
Sementara itu, Prof. Ir. I G. A.A. Ambarawati,M.Ec.,PhD., guru besar Program Studi (Prodi) Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana mengajak mahasiswa memahami sistem agribisnis sebagai pendekatan dalam pembangunan pertanian.
 
"Tidak hanya tahu produksi tapi harus memahami pasar. Ada juga subsistem lainnya," jelasnya.
 
Dalam sistem agribisnis juga penting ada peran dan dukungan dari pihak terkait. Misalnya pemerintah atau regulator wajib mengeluarkan kebijakan yang mendukung perkembangan ekosistem agribisnis ini. 
 
 
Aktor lainnya seperti pihak lembaga keuangan seperti perbankan yang bisa memberikan akses permodalan. Begitu juga akademisi, lembaga riset, hingga perusahaan teknologi yang mendukung pertanian atau agribisnis.
 
"Harus ada teknologi baru yang bisa diadaptasi untuk menciptakan inklusi agribisnis," tegas Prof. Ambarawati.
 
Namun diakui masih ada beberapa permasalahan klasik untuk mewujudkan inklusi agribisnis ini. Seperti persoalan pemasaran.
 
"Permasalah klasik tidak ada pasar. Padahal dalam pengembangan agribisnis dan rantai nilai, kita harus tahu siap konsumen dan pangsa pasarnya," katanya.
 
Untuk itu berbagai persoalan yang ada diharapkan dapat dicarikan solusi bersama para aktor atau stakeholder yang terlibat dalam ekosistem agribisnis ini.
 
"Kami juga harapkan mahasiswa yang dari daerah Timur paham betul tentang agribisnis ini dan bisa mengembangkannya saat mereka kembali ke daerahnya," tutupnya.(BB).


Berita Terkini