Hadapi Revolusi Industri 4.0, Supadma Rudana: Bali Perlu Miliki 'Science and Techno Park'
Minggu, 04 November 2018
ilustrasi nett
IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI
GOOGLE NEWS
Baliberkarya.com-Gianyar. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan sangat diperlukan meskipun pemerintah juga telah hadir dalam membangun masyarakat seutuhnya, tapi tanpa peran masyarakat hal itu akan berjalan lambat.
Hal itu diungkapkan Anggota Komisi X DPR RI Putu Supadma Rudana disela acara Sepeda Nusantara yang mengusung tema "Etape Gianyar Aman" yang digelar Kementerian Olahraga bekerjasama dengan Pemkab Gianyar, Minggu (4/11/2018).
"Salah satu yang bisa digaungkan dalam partisipasinya masyarakat sekarang, yaitu dengan menggunakan hape untuk selfie di berbagai tempat di kota ini," ucap Supadma Rudana seraya menyambangi stand kuliner di seputaran taman kota depan Kantor Bupati Gianyar.
Pembangunan di bidang olahraga, pariwisata serta mempromosikannya juga menjadi hal yang penting, jadi tidak hanya saat ini dampaknya, tapi juga bisa dirasakan masyarakat yang berada di luar Gianyar.
"Semangat Green Sustainable Tourism Destination yang diteguhkan masyarakat dampaknya bisa menyebar pada daerah lain dan itu menjadi sangat penting," jelasnya.
BACA JUGA : Imigrasi 'Jangan Main Mata', Togar: Tindak Tegas WNA 'Salahgunakan Izin Tinggal' di Bali
Anggota DPR RI asal Gianyar yang juga dikenal dengan sebutan PSR ini menyampaikan pada 6 hingga 8 November 2018 rencananya akan digelar Forum Ekonomi Kreatif Dunia yang akan dilaksanakan di Nusa Dua. Forum ini menurutnya dianggap penting karena selama ini pihaknya juga mendorong agar bekraf ini bisa selalu memberikan kontribusi pada masyarakat.
"Bagaimana kontribusinya, mesti ada blue print atau konsep besar dalam pembangunan ekonomi kreatif," ungkapnya.
Meskipun Bekraf baru tiga tahun berada di Indonesia tentu momentum awal ini dikatakan penting untuk mencari masukan dalam memformulasikan bagaimana ada solusi secara komprehensif.
Ket foto: Anggota Komisi X DPR RI, Putu Supadma Rudana
"Kita ingin dampak pertemuan itu bisa langsung dirasakan oleh masyarakat dari berbagai lapisan," sebutnya.
Ia mengakui, Bekraf sangat penting posisinya dimana yang pertama memberikan pendampingan yang memang masyarakat selama ini sudah berkarya namun perlu diajarkan bagaimana packagingnya, marketingnya dan bagaimana mempromosikan produk mereka. Sedangkan yang kedua peran strategis Bekraf yaitu dengan dibuatnya RUU ekonomi kreatif yang nantinya akan ada badannya, tapi tidak hanya berhenti sampai disitu namun ada payung hukumnya.
"Target terbesar kita yaitu bagaimana yang pertama, mampu meraup devisa dari sektor pariwisata, yang kedua meraup devisa dari bekraf yang langsung kepada masyarakat," terangnya.
Seperti diketahui, devisa yang mampu diraup dari sektor pariwisata menurut Supadma mencapai Rp309 triliun lebih. "Untuk lainnya mungkin akan menurun, tapi pariwisata dan ekonomi kreatif dampaknya luar biasa," jelas Supadma.
Terkait dengan keberadaan Bali, selama ini telah diketahui memiliki potensi yang begitu besar. Tentu dalam 16 sub sektor ekonomi kreatif ini kita ketahui sebagian besar ada di Bali.
"Namun sayangnya karena kurang adanya pendampingan, akibatnya agak sulit menembus pasar, tapi jika itu dikemas dengan baik secara menajemen akan memberika nilai lebih bagi pelakunya," tandasnya sembari berujar diperlukan semangat sinergitas pentahelic meliputi pemerintah, akademisi, media, bisnis dan yang terakhir yaitu asosiasi.
Putu Supadma Rudana berkeinginan Bali mesti memiliki Science and Techno Park layaknya di Amerika. Techno park ini nantinya bisa dijadikan rujukan informasi teknologi bagi technopreuner dalam mengembangkan kreativitasnya, juga sebagai sumber informasi.
"Tempat ini bisa jadi inkubator bagi para StartUp dalam menghadapi pergeseran industri yang sekarang memasuki era Revolusi Industri 4.0," pungkasnya yang juga menginginkan masyarakat esensinya mengerti dan faham tentang Revolusi Industri 4.0.(BB).