Pola Usaha Profesional, Dhamantra Optimis Sektor Pertanian di Bali Jadi 'Bankable'
Minggu, 29 Juli 2018
baliberkarya
IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI
GOOGLE NEWS
Baliberkarya.com-Denpasar. Anggota DPR RI Nyoman Dhamantra menyoroti minimnya generasi muda menekuni dunia pertanian belakangan ini selain karena pendapatan yang masih kalah dengan dunia usaha lain juga tak luput dari faktor gengsi.
"Kenapa banyak orang ingin jadi pejabat, politisi atau bisnis lainnya, itu salah satunya karena faktor gengsi," ucap Dhamantra di Dhamantra Centre, Minggu (29/7/2018).
Menurut pendiri Forum Perjuangan Hak Bali ini, untuk menggairahkan generasi muda mau bertani, maka salah satunya adalah bagaimana sektor ini bisa mengangkat gengsi pelakunya. Selama ini, kata Dhamantra, kesan bertani selain hasil yang tak memadai juga profesi itu dianggap kurang bergengsi.
Apalagi masih ada pandangan jadi petani kerap berkubang dengan lumpur. Minimnya pendapatan dari bertani menurut Dhamantra memang masuk akal. Pasalnya, dengan lahan terbatas serta harga jual yang tak stabil dan relatif rendah akan sangat mempengaruhi pendapatan petani.
"Beda ketika mereka bekerja di sektor lain seperti pariwisata yang lagi naik daun, hasilnya jauh di atas pendapatan rata-rata petani," terang mantan pengusaha ini.
Bagi Dhamantra, kondisi ini jangan dibiarkan terus seperti itu. Sebab, pertanian itu bukan semata sebuah usaha tani, namun di sana ada budaya yang selama ini menjadi salah satu andalan pariwisata Bali.
"Kalau pertanian terus menyusut, bukan hanya masalah budaya juga tanah pertanian akan ikut tergerus. Padahal pertanian masih membuka lapangan kerja cukup luas," jelasnya.
Sebagai mantan pebisnis, Dhamantra melihat kondisi pertanian masih memiliki peluang besar untuk dikembangkan bahkan menjadi industri yang menjanjikan seperti sektor lainnya sepanjang dikelola secara bisnis.
Selain pembenahan di SDM, lanjut Dhamantra, menjadikan potensi ini lebih berdaya saing sangat memungkinkan. Ia menilai pasarnya ada, bahkan besar dengan tumbuhnya pariwisata Bali, sehingga pertanian bisa dikembangkan menjadi sebuah industri dengan menggandeng pihak ketiga.
Dhamantra mencontohkan di daerah lain pertanian sangat menjanjikan. Kalau soal lahan menjadi 'limiting factor', dengan sistem kerja sama faktor lahan bisa diatasi. Lahan petani bisa digabung dalam satu hamparan dan ini dikelola secara lebih modern.
"Petani bisa tetap jadi pekerja dengan hasil tertentu dan tetap sebagai 'owner' sehingga pendapatannya akan meningkat," jelasnya.
Lebih jauh Dhamantra menerangkan jika masyarakat Bali sejak dulu terkenal dengan budaya gotong royongnya. Dengan gotong royong itu banyak hal bisa dibangun. Terkait soal modal, Dhamantra menegaskan dengan terbentuknya pola usaha yang profesional maka sektor pertanian ini akan menjadi 'bankable'.
"Sekarang tinggal menghidupkan kembali budaya itu, saya yakin pertanian bisa maju dan tak perlu ada warga (petani) yang harus bertransmigrasi," tegasnya.(BB).