Baliberkarya.com - Suara Rakyat Bali Membangun

JL. Patih Nambi XII No.5, Desa Ubung Kaja, Denpasar Utara

Call:081353114888

redaksi@baliberkarya.com

Pasca Pailit, Hardys Kini Buka Kembali 'Andalkan Kemitraan' UMKM Bali

Kamis, 05 Juli 2018

Baliberkarya.com - Suara Rakyat Bali Membangun

baliberkarya

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Denpasar. Di akhir tahun 2017 hingga awal tahun 2018 menjadi tahun yang pahit dan berat bagi Hardys retail yang mengalami pailit dan harus menutup sejumlah outletnya di Bali. Namun di bawah manajemen baru PT Arta Sedana Retailindo, Hardys kini mulai bangkit dimana outlet yang sempat ditutup kini telah dibuka kembali. 
 
 
Dengan mengusung konsep baru berupa kemitraan penuh dengan UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah), Hardys sebagai ritel lokal milik pengusaha lokal "reborn" atau terlahir kembali dengan spirit dan optimisme yang menguat untuk menggairahkan industri ritel di Bali.
 
"Dengan konsep kemitraan berkolaborasi bersama UMKM ini, Hardys yakni bisa bangkit dan membukukan kinerja positif untuk industri ritel di Bali, " kata Komisaris PT Arta Sedana Retailindo, Putu Suadnyana bersama jajaran manajemen Hardys didampingi jajaran pengurus Aprindo (Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia) Bali dalam keterangan pers menjelang dibukanya Hardys Gatot Subroto (Gatsu), Denpasar, Kamis (5/7/2018).
 
Salah Salah Satu Pemegang Saham Baru Hardys, Putu Suadnyana
 
Menurut Suadnyana, sejumlah outletnya yang dibuka kembali setelah sempat ditutup Januari lalu yakni di Singaraja, kemudian 5 Juli ini dibuka kembali Hardys Gatsu dilanjutkan Hardys Panjer, lalu Hardys Negara. Ada juga outlet baru yang dibuka seperti di Tabanan.  "Hingga Juli ini 7 outlet yang dibuka  dan beroperasi sepenuhnya," kata Suadnyana.
 
 
Dengan managemen baru, lanjut Suadnyana, Hardys hadir dengan konsep baru berupa kemitraan penuh dengan UMKM akan menjadikan posisi Hardys lebih kuat dari sisi manajemen dan operasional bisnis. Apalagi, Hardys tidak perlu membeli langsung di awal produk-produk yang dijual di seluruh outletnya. 
 
"Melainkan para pelaku UMKM  lokal di Bali mensuplay barang ke Hardys kemudian baru dibayarkan belakangan," ungkapnya.
 
 
 
Baginya, pola ini juga dijalankan untuk menyiasati keterbatasan modal dan sumber daya sehingga operasional bisnis tetap bisa berjalan dan sama-sama menguntungkan baik bagi Hardys maupun pelaku UMKM. 
 
"Dulu Hardys hampir 90 persen  membeli barang langsung, itu butuh modal besar. Hanya 10 persen yang kemitraaan dan dibayar bulanan. Tapi sekarang 100 persen kemitraan dan dibayar setiap hari agar UMKM nyaman," jelas Suadnyana.(BB).


Berita Terkini