Baliberkarya.com - Suara Rakyat Bali Membangun

JL. Patih Nambi XII No.5, Desa Ubung Kaja, Denpasar Utara

Call:081353114888

redaksi@baliberkarya.com

Mih Dewa Ratu! Kapal Beroperasi di Selat Bali Ternyata 70 Persen Barang Bekas

Jumat, 18 Mei 2018

Baliberkarya.com - Suara Rakyat Bali Membangun

baliberkarya

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Jembrana. Keselamatan pelayaran di Selat Bali belakangan ini mulai dipertanyakan. Mengingat hampir tiap tahunnya terjadi kecelakaan laut dan teranyar terjadi Kamis (17/5) sore kemarin, KMP Labitra Adinda milik PT Karya Maritim Indonesia terbakar saat hendak sandar di dermaga Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi.
 
 
Kecelakaan laut yang kerap terjadi di perairan Selat Bali tersebut, bukan saja karena faktor alam, namun juga diduga lantaran kapal-kapal yang beroperasi melayani penyeberangan di Selat Bali tersebut merupakan barang bekas.
 
Bahkan dari data yang dirilis oleh pihak Unit Pelaksana Pelabuhan (UPP) kelas III Gilimanuk, dari lima puluh lebih kapal yang ada, 70 persen diantaranya merupakan kapal bekas atau barang bekas yang dibeli dari luar negeri, diantarannya Jepang dan Cina.
 
 
“Banyak memang yang kelihatan baru, tapi sebenarnya itu hanya catnya saja yang baru. Sejatinya itu barang bekas yang tahun produksinya dibawah tahun dua ribuan,” terang Kepala UPP Kelas III Gilimanuk Nyoman Suryantha, Jumat (18/5/2018).
 
 
Lanjutnya, kapal-kapal yang dibeli baru menurutnya bisa dihitung dengan jari dan kapal baru itu dimiliki oleh pihak ASDP, namun tidak semua kapal yang dimiliki ASDP merupakan kapal baru, ada pula yang dibeli merupakan kapal bekas.
 
Namun, meskipun kapal-kapal yang melayani penyeberangan di Selat Bali sebagian besar merupakan kapal bekas, pihaknya tetap melaksanakan  prosedur kelayakan kapal saat hendak berlayar melayani penyeberangan karena menyangkut keselamatan manusia.
 
“Justru karena kapal bekas itulah, pengawasan atau pengecekan kami lakukan dengan ketat. Baik itu pengecekan fisik kapal maupun administrasi kapal yang akan berlayar. Jika dari pengecekan ini sudah dinyatakan layak, baru kita berikan berlayar melayani penyeberangan di Selat Bali. Tapi jika tidak layak, jelas tidak bisa berlayar,” paparnya Jumat (18/5).
 
 
Demikian halnya menjelang pelaksanaan arus mudik Lebaran yang tinggal sebulan ini, pihaknya mulai melakukan pemeriksaan secara ketat terhadap fisik dan administrasi kapal. Hal ini dilakukan untuk memastikan keselamatan penumpang yang menggunakan jasa penyebrangan.
 
“Menghadapi arus mudik Lebaran tahun ini, kami sudah mulai melakukan pengawasan dan pengecekan kapal dengan melakukan uji petik terhadap kapal-kapal yang ada. Uji petik tersebut telah kami mulai dari tanggal 2 dan akan berakhir pada tangan 25 Mei mendatang,” ujarnya.
 
 
Uji petik tersebut wajib dilaksanakan untuk memastikan kelayakan kapal yang berlayar melayani penyeberangan di Selat Bali, sehingga keselamatan penumpang benar-benar terjadi.
 
Namun pihaknya juga tidak memungkiri, faktor alam di Selat Bali kerap memicu kecelakaan laut. Mengingat cuaca di Selat Bali sulit diprediksi dan cenderung berubah dengan cepat. Cuaca yang awalnya normal dan aman untuk pelayaran, tiba-tiba berubah menjadi extrim.
 
“Banyak kecelakaan kapal di Selat Bali, misalnya kapal kandas karena terseret arus, bahkan ada kapal tenggelam itu sebagian besar karena faktor alam, bukan karena human heror. Faktor alam inilah yang sangat sulit diatasi, makanya kami selalui mengimbau para nahkoda kapal untuk selalu waspada dalam berlayar,” tutupnya.(BB)


Berita Terkini