Lestarikan Seni Budaya, Jimbafest Gelar Lomba Mesatwa Bali, Sloka dan Mural
Jumat, 20 April 2018
baliberkarya
IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI
GOOGLE NEWS
Baliberkarya.com-Badung. Selain mengajarkan konsep bercocok tanam dan perduli bumi, pihak Jimbaran Hijau juga melakukan kegiatan edukasi, art, culture and fun. Hal tersebut secara rutin diperlombakan pada saat perhelatan Jimbafest, sekaligus merayakan hari bumi.
Hal itu sesuai harapan pihak UPT Disdikpora Kecamatan Kutsel yang berupaya mendorong pihak swasta, untuk bisa mengakomodir generasi muda untuk bisa memediasi pembelajaran langsung dengan praktek, seperti yang dilaksanakan pihak Jimbaran Hijau, seperti lomba mesatwa Bali serta lomba membaca sloka Bali.
"Terus terang di Kuta Selatan, ini pertama kalinya dilakukan oleh pihak swasta yaitu Jimbaran Hijau. Jika semakin banyak pihak swasta yang ikut melestarikan hal ini dengan menggelar lomba, maka ini akan memacu minat dan semangat anak-anak kita untuk belajar," kata Wayan Suci Wijaya selaku Perwakilan UPT Disdikpora Kecamatan Kutsel, yang juga sebagai Widya Sabha Desa Adat Jimbaran disela-sela acara Jimbafest Ke-3, Jumat (20/4/2018).
Lewat Jimbafest yang dilaksanakan tanggal 20-21 April ini, pihaknya sekaligus menyampaikan pesan moral yang perlu ditanam kepada generasi muda tentang pentingnya menjaga alam dan kelestarian lingkungan, serta melestarikan seni dan budaya.
Hal tersebut sudah secara jelas tersirat dalam Sloka Reg Weda, tentang konsep ajaran Tri Hita Karana. Dengan pembacaan sloka tersebut, maka generasi musa diajarkan tentang implementasi ajaran tersebut yang behubungan juga dengan hukum sebab akibat.
"Kalau kita menghancurkan alam, maka alam akan begitupula dengan kita. Lomba sloka ini semacam pendidikan moral, sebab generasi muda tidak cukup hanya berbekal kepintaran. Untuk menjadi bijak, maka implementasi ajaran agama dan kearifan lokal inilah tuntunanya," tegasnya.
Dengan adanya lomba sloka dalam Jimbafest ke-3, hal tersebut sekaligus dipakai menjadi ajang eksebisi untuk mencari talenta muda yang berbakat membaca sloka. Pasalnya, pihak sekolah yang terlibat nantinya akan menunjuk para delegasi terbaiknya, untuk ikut berlomba.
Hal tersebut tentunya akan bisa diasah dan menjadi potensial kedepannya menjadi ikon seni di Bali, selain seni tari dan tabuh. "Kedepan event seperti ini bisa lebih ditingkatkan. Kalau bisa kedepannya agar pihak panitia bisa menseting adanya lomba menulis diatas daun lontar dan lomba drama modern. Kita siap untuk memberikan pelatihan dan mengasah mereka," harapnya.
BACA JUGA : Ogah Dukung Koster-Ace, Ini Alasan Seluruh Kader Partai Garuda Komit Dukung Mantra-Kerta
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Jimbaran Hijau, Putu Agung Prianta merasa bahagia, karena upaya pihaknya untuk membuat Jimbaran menjadi hijau dan upaya mengedukasi masyarakat, akan pentingnya menjaga serta merawat lingkungan sudah mulai membuahkan hasil.
Saat ini pihaknya mengkonsentrasikan Jimbafest untuk mengarah ke art dan culture, tanpa meninggalkan unsur edukasi dan konsep green. Sebab Bali tidak lepas dari unsur seni dan budaya yang tentunya perlu dijaga yang perlu dilestarikan.
Pihaknya juga berorientasi untuk mengangkat suatu hal yang seolah masih terkesampingkan, padahal hal itu penting untuk diangkat. Hal itu penting agar generasi kita tidak lupa akan nilai seni, budaya dan alam.
"Keselarasan antara lingkungan, sosial dan budaya ini adalah hal yang perlu dijaga dan dilestarikan, sehingga tercapai keseimbangan. Banyak ilmu dan seni di Bali yang begitu membanggakan, saya ingin ini tidak punah. Karena itulah kita angkat sekaligus untuk memotivasi, memasarkan dan melestarikannya," terangnya.
Sementara, Ketua Yayasan Jimbaran Hijau, Dedy Halim mengatakan upaya tersebut adalah bukti dari komitmen Jimbaran Hijau peduli lingkungan dan bumi. Dalam Jimbafest tersebut pihaknya mengaku melibatkan siswa dari 125 sekolah TK, SD, dan SMP se-kecamatan Kutsel. Jimbafest kali ini tergolong special, karena juga ada lomba mural (mural battle) untuk anak SD, SMP dan SLB.
"Tema mural battle tersebut mengangkat, tema terkait Green, Bali and the Future. Kenapa kita angkat juga lomba mural, karena kita merasa percaya diri terkait isu pemeliharaan lingkungan. Kita ingin mengangkat potensi yang dimiliki anak-anak, terutama dalam dunia lukis mural," katanya.
Menurutnya, diangkatnya mural dalam Jimbafest, didasari saat pihaknya ikut menghadiri suatu lomba lukis anak-anak SD. Dimana acara tersebut sebenarnya adalah untuk memberikan dukungan kepada lembaga perlindungan anak bali dan anak kanker Bali.
Saat ia memberikan sambutan dalam pameran tersebut, saat itu ia menanyakan kepada peserta terkait siapa yang mau jadi seniman. Namun kenyatannya tidak ada yang mau menjadi seniman dan memilih profesi lain, seperti dokter, polisi, dan lain sebagainya.
"Bagi saya ini kondisinya sangat miris. Bali yang dikenal sebagai pusat seni, tapi tidak ada yang bercita-cita menjadi seniman. Karena itulah untuk memotivasi ini, maka kita adakan lomba lukis seni mural. Karena melalui ini yang kami rasa pesan yang kita sematkan mengena," tutunya.(BB).
Berita Terkini
Berita Terkini
Pemkot Denpasar Imbau Warga Beli LPG 3 Kg di Pangkalan Resmi
10 Januari 2025
Audiensi Bersama Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan
10 Januari 2025
Bappebti Serahkan Pengawasan Aset Kripto ke OJK dan BI
10 Januari 2025