Baliberkarya.com - Suara Rakyat Bali Membangun

JL. Patih Nambi XII No.5, Desa Ubung Kaja, Denpasar Utara

Call:081353114888

redaksi@baliberkarya.com

Prosesi Upacara Pemotongan Gempong Pule Ternyata Petunjuk Ida Pedanda

Minggu, 08 April 2018

Baliberkarya.com - Suara Rakyat Bali Membangun

baliberkarya

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Jembrana. Lebar atau meninggalnya sulinggih Ida Pedanda Gede Oka Sidanta (60) lantaran tertimpa pohon Pule di kebun milik I Made Subagia, Bendesa Pakraman Munduk Angrek Kaja yang berlokasi di Banjar Kedisan, Desa Yehembang Kauh, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, Sabtu (7/4) menyisakan duka mendalam bagi umat Hindu di Jembrana.
 
 
Peristiwa yang mengagetkan semua pihak ini, berawal dari rencana desa pakraman setempat untuk mencari gempong pohon Pule untuk dijadikan sebagai bahan dasar topeng atau tapakan Barong.
 
 
Rencana ini menurut Bendesa Pakraman Munduk Angrek Kaja I Made Subagia telah disepakati warga desa pakraman melalui proses paruman. Sebagai langkah awal, bendesa sendiri tangkil (menghadap) ke Grya Tibusambi untuk meminta petunjuk Ida Pedanda (korban).
 
“Karena kami di desa pakraman tidak tahu apa-apa tentang prosesi upacara pengambilan gempong tanaman Pule ini, kami kemudian nunasan (minta petunjuk ) dengan Ida Pedanda ke Grya dan saya sendiri yang tangkil ke Grya,” terang Subagia, Minggu (8/4/2018).
 
Setelah bertemu Ida Pedanda, kemudian diberikan petunjuk terkait prosesi pengambilan atau pemotongan gempong pohon Pule yang akan digunakan untuk tapel (topeng) Barong. Termasuk petunjuk jenis banten (sesajen) yang harus dipersiapkan.
 
 
 
“Saat itu beliau (korban) sendiri yang menyanggupi muput atau memimpin jalannya prosesi upacara (ritual) pemotongan gempong pohon Pule. Prosesi ini diperlukan karena diyakini pohon Pule tersebut angker dan pengambilan gempongnya akan digunakan sebagai tapakan Barong,” tuturnya.
 
Hingga saat hari pemotongan gempong tiba, diawali dengan prosesi upacara atau ritual dengan berbagai bebantenan sesuai petunjuk yang diberikan oleh korban, prosesi upacara tersebut dipimpin langsung oleh korban.
 
“Usai prosesi upacaranya dilanjutkan dengan pemotongan gempong, tapi bukan menebang pohonnya hanya gempong yang ada dalam pohon Pule itu dipotong. Rencananya ada dua gempong yang akan dipotong,” imbuhnya.
 
 
Lanjut Subagia, pemotongan gempong yang pertama telah berhasil dilakukan dan pemotongan itu dilakukan dengan menggunakan gergaji mesin oleh tukang gergaji. Namun saat pemotongan gempong yang kedua tersebut menurut Subagia petaka datang.
 
“Saat memotong gempong yang kedua, pohon kayu tersebut bersuara bertanda akan mau roboh. Padahal pohon Pule berdiameter tiga meter tersebut tidak dipotong. Tukang gergaji mesin sudah berteriak mengingatkan agar masyarakat menjauh termasuk mengingatkan korban. Masyarakat langsung lari, hanya korban yang diam ditempat,” tutur Subagia.
 
 
 
Akhirnya, pohon Pule setinggi sekitar 27 meter tersebut benar-benar tumbang dan mengenai tubuh korban hingga korban lebar (meninggal) ditempat. Korban kemudian dibawa ke RSUD Negara dan kejadian tersebut dilaporkan ke pihak kepolisian.
 
“Kami warga desa pakraman sangat berduka dengan kejadian ini. Musibah yang menimpa korban sungguh diluar nalar kami dan kami sangat terpukul,” tutup Subagia.(BB)


Berita Terkini