Baliberkarya.com - Suara Rakyat Bali Membangun

JL. Patih Nambi XII No.5, Desa Ubung Kaja, Denpasar Utara

Call:081353114888

redaksi@baliberkarya.com

Mimih Ratu! Penularan Rabies di Jembrana Masih Mengkhawatirkan

Senin, 26 Februari 2018

Baliberkarya.com - Suara Rakyat Bali Membangun

ilustrasi nett

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Jembrana. Hingga kini penularan rabies masih mengkhawatirkan di Jembrana. Terbukti, sejumlah desa di Jembrana tahun 2017 masih masuk zona merah penularan rabies.
 
 
Hingga kini penanggulangan rabies di daerah zona merah tersebut masih menjadi prioritas instasnsi terkait. Bahkan kasus rabies yang terjadi di daerah zona merah tersebut mulai tahun ini ditelusuri kembali.
 
Kasi Pengamatan dan Penyidikan Penyakit pada Bidang Kesehatan Hewan dan Kesahatan Masyarakat Veteriner (Keswankesmavet) Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Jembrana, drh. I Wayan Widarsa, tadi siang mengatakan, tracing (penelusuran) tersebut dilakukan terhadap kasus rabies positif tahun 2017 lalu.
 
Berdasarkan catatan kasus gigitan hewan penular rabies (HPR) positif tahun 2017 tersebut  ada 8 desa di 4 kecamatan yang masuk dalam zona merah. Wilayah tersebut kini menjadi sasaran traching dari Balai Besar Veteriner (BB Vet) Denpasar.
 
Desa tersebut masing-masing Desa Batuagung di Kecamatan Jembrana, Desa Tukadaya dan Desa warnasari di Kecamatan Melaya, Desa Penyaringan dan Yeh Sumbul di Kecamatan Mendoyo serta Desa Asahduren, Gumbrih dan Panghyangan di Kecamatan Pekutatan.
 
Penelusuran tersebut dilakukan dengan wawancara dengan pemilik HPR diwilayah kasus gigitan positif dengan mencari sedikitnya 10 sample. Penelusuran tersebut menurutnya dilakukan untuk mencari tahu sejarah dan perjalanan kasus rabies positif serta penelusuran asal muasal HPR di wilayah zona merah.
 
 
 
Lanjutnya, petugas sudah turun traching mulai Rabu (21/2) sampai Kamis (22/2) dengan menyebar kuisioner diseluruh desa yang masuk dalam zona merah gigitan HPR positif itu.
 
“Kami juga minta informasi mobilitas HPR diderah beresiko tersebut, apakah ada yang berasal dari wilayah sekitar zona merah lainnya, apakah ada yang keluar dari zona merah dan kemana dibawa, termasuk faktor penularan rabies yang telah terjadi sebelumnya apakah karena kontak dari HPR lain atau dibawa dari wilayah beresiko yang lainnya,”  terangnya, Senin (26/2/2018).
 
Selain sampling kuisioner pemilik HPR itu, juga dilakukan pengambilan sampel darah HPR khususnya anjing untuk diketahui titer anti bodinya karena menurutnya apabila titer anti bodinya rendah maka peluang HPR itu untuk menerima dan menularkan rabies sangat besar.
 
Tracing ini juga upaya pencegahan dan pendataan sehingga ada data HPR valid termasuk sejarah vaksinasinya,” ujarnya.
 
Apabila diketahu hasil vaksinasi sebelumnya didaerah beresiko tersebut masih rendah maka akan dilakukan vaksinasi kembali secara intensif. Namun jika hasil vaksinasi itu hasilnya rendah seperti ada hewan belum pernah divaksin atau ada hewan baru di wilayah beresiko, maka akan diprioritaskan.
 
Pihaknya mengakui, pernah ada kasus rabies positif yang kembali terjadi di wilayah zona merah beberapa tahun lalu, namun menurutnya peluangnya kecil karena sudah dilakukan upaya menekan penularan melalui vaksinasi dan eliminasi termasuk juga penyadaran kepada pemilik HPR untuk selalu memproteksi peliharaannya.
 
 
Pada awal tahun 2018 ini saja pihaknya sudah mengirim 14 sampel otak anjing yang sempat menggigit, masing-masing 7 sampel di bulan Januari dan 7 sampel di bulan Februari ini. Bahkan salah satu sampel itu diambil dari wilayah zona merah Sari Kuning.
 
“Dari hasil uji lab BB Vet Denpasar semua sampel yang kami kirimkan itu semuanya negatif termasuk yang di Sarikuning,” jelasnya.
 
Sampel yang telah dikirimkan itu menurutnya diambil setelah terjadinya kasus gigitan HPR yang terjadi di wilayah-wilayah yang beresiko maupun pada gigitan pada bagian tubuh yang beresiko,
 
Asal sampelnya memang menyebar sesuai lokasi pelapor tetapi merata hampir disemua kecamatan. Begitu ada gigitan beresiko tinggi baik itu tempat maupun lokasi gigitannya, langsung diambil sample otaknya karena hasil uji lab berhubungan dengan penentuan pemberian Vaksin Anti rabies (VAR) kepada korban gigitan.
 
“Kalau hasilnya positif jelas korban gigitan diberikan VAR difasilitas kesehatan. Tapi sampai saat ini semuanya hasilnya negatif,” tandasnya.(BB)


Berita Terkini