Kenapa Perayaan Natal Identik dengan Pohon Cemara yang Dihias? Ini Alasannya
Selasa, 26 Desember 2017
istimewa
IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI
GOOGLE NEWS
Baliberkarua.com-Internasional. Ada beragam cara untuk membuat perayaan Natal semakin semarak. Salah satunya adalah dengan memajang pohon natal, baik di rumah, pusat perbelanjaan, atau di gereja.
Namun, pernahkah Anda bertanya dari mana sebenarnya asal-usul pohon ini?
Tradisi pohon natal rupanya tidak terlepas dari perayaan musim dingin yang sudah ada ratusan tahun di masyarakarat Eropa. Seperti dilansir BBC, pohon kerap digunakan sebagai media penghormatan bagi dewa atau roh yang mereka percayai dalam festival pagan.
Asal usul pohon natal sendiri dilingkupi sejumlah legenda, misalnya cerita tentang seorang biarawan bernama St Bonifasius yang berhasil mengkristenkan orang-orang penyembah pohon oak di Jerman.
Orang-orang itu takjub melihat kemunculan pohon cemara kecil setelah pohon oak ditebang oleh Bonifasius.
Dia lantas mengatakan bahwa pohon cemara merupakan pohon kehidupan dan mewakili kehidupan Kristus.
Dalam legenda lain, diceritakan bahwa tradisi pohon natal dan hiasannya berawal dari Martin Luther, seorang reformis Protestan.
Saat berjalan pada suatu malam, Luther terkesan melihat kelap-kelip bintang dari sela-sela pepohonan.
Dia lantas terinspirasi ingin menghadirkan sinar-sinar itu dengan memasangkan lilin di sebatang pohon yang ada di rumahnya.
Akan tetapi, perlu diingat bahwa masyarakat Eropa sudah kerap memajang pohon di rumah mereka dan menghiasinya dengan kertas berwarna, mainan kecil, makanan, dan terkadang lilin sejak abad ke-16.
Meskipun pohon natal dan dekorasinya berkembang pesat pada abad ke-19.
Para sejarawan menilai bahwa tokoh memopulerkan tradisi ini adalah keluarga kerajaan Inggris pada 1846.
Di tahun ini, muncul gambar ilustrasi Ratu Victoria bersama dengan Pangeran Albert berdiri di sekitar pohon natal bersama anak-anak mereka. Pohon itu didekorasi dengan berbagai hiasan menjadi modis.
The Telegraph juga menulis bahwa Pangeran Albert-lah yang menumbuhkan pohon tersebut di Istana Windsor.
Pasalnya, Pangeran Albert berasal dari Jerman yang merupakan tempat asal tradisi pohon natal.
Setelah munculnya gambar itu, setiap rumah di Inggris memiliki sebatang pohon dihiasi lilin, permen, buah, hiasan buatan sendiri dan hadiah kecil saat Natal.
Tradisi pohon dan Natal menjadi lebih kompleks pada pertengahan abad ke-19.
Tak hanya menghias pohon, Natal pun semarak dengan tradisi kartu Natal, pemberian hadiah, makan kue pai hingga daging kalkun.
Pada masa Victoria ini, gagasan Natal menjadi berpusat di sekitar keluarga dengan berbagai acara, mulai dari makan bersama, pemberian hadiah, hiburan, hingga permainan di ruang tamu rumah. (BB/KPS).
BACA JUGA :
Berita Terkini
Berita Terkini
Arah Kade! Kebijakan Aneh, Kantin Sekolah Jadi Mesin Uang Pemkab
11 Januari 2025
Pemkot Denpasar Imbau Warga Beli LPG 3 Kg di Pangkalan Resmi
10 Januari 2025
Audiensi Bersama Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan
10 Januari 2025