Baliberkarya.com - Suara Rakyat Bali Membangun

JL. Patih Nambi XII No.5, Desa Ubung Kaja, Denpasar Utara

Call:081353114888

redaksi@baliberkarya.com

Mih Ratu! Jembrana Peringkat 6 di Bali Penderita HIV/AIDS

Rabu, 06 Desember 2017

Baliberkarya.com - Suara Rakyat Bali Membangun

ilustrasi

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Jembrana. Jumlah kasus HIV/AIDS di Jembrana hingga kini masih cukup tinggi. Bahkan jumlah angka kematian akibat HIV/AIDS mencapai ratusan jiwa.
 
Data yang diperoleh di Sekretariat Komisi Penanggulangan Aids Daerah (KPAD) Kabupaten Jembrana tercatat akumulasi jumlah kasus HIV/AIDS di Jembrana sejak tahun 2015 sudah mencapai 855 kasus.
 
Angka kasus tersebut terdiri dari dari 57 % pasien lai-laki dan 43 % pasien perempuan, masing-masing 258 kasus HIV dan 597 kasus AIDS dengan 313 pasien meninggal dunia.
 
Sedangkan pada tahun 2017 ini tercatat 95 kasus baru terdiri dari 57 pasen laki-laki dan  38 perempuan, masing-masing 35 kasus HIV dan 60 kasus AIDS dengan 21 orang meninggal dunia.
 
 
Kasus tersebut ditemukan di Kecamatan Melaya sebanyak 22 pasien, di Kecamatan Negara 30 pasien dan14 pasien di Kecamatan Jembrana, serta 20 pasien di Kecamatan Mendoyo. Sementara di Kecamatan Pekutatan sebanyak 9 pasien.
 
Pasien HIV/AIDS tersebut didominasi oleh usia produktif dengan rentang umur 20-40 tahun sebanyak 76 kasus sedangkan 1 kasus pada bayi, 1 kasus pada balita dan usia diatas 40 tahun sebayak 30 kasus.
 
Sedangkan dari indicator pekerjaan masih didominasi oleh karyawan swasta 63 persen, ibu rumah tangga 24 persen, PNS 3 persen dan 3 persen WTS serta profesi lainnya sebanyak 7 persen.  
 
Kunjungan klinik Volunter Conseling Test (VCT) tahun 2017 sebanyak 4.531 meningkat 200 orang dari tahun 2016 sebanyak  4.341 pasien dengan penularan melalui hubungan seksual yang tidak aman (heteroseksual). 
 
 
Kunjungan terbanyak di Klinik VCT RSU Negara. Sebanyak 272 pasien HIV-AIDS hingga kini rutin mendapatkan obat Anti Retro Viral (ARV).
 
Bahkan Sekretaris KPAD Kabupaten Jembrana, dr. I Gusti Bagus Oka Parwata yang dikonfirmasi Rabu (6/12) mengatakan berdasarkan data KPAD Provinsi Bali, Kabupaten Jembrana masih berada diposisi keenam.
 
Menduduki posisi ke enam di Bali karena dari total kasus HIV-AIDS di Bali yang mencapai 17.744 kasus, sebanyak 912 kasus merupakan warga Jembrana.
 
Perbedaan jumlah kasus antara data KPAD Kabupaten Jembrana dan KPAD Provinsi Bali  itu menurutnya karena ada penduduk Jembrana yang tinggal di luar Jembrana dan melakukan test HIV di Klinik VCT diluar Jembrana.
 
Menurutnya seluruh fasilitas pelayayan kesehatan baik milik pemerintah (Puskesmas dan RSU Negara) maupun rumah sakit swasta di Jembrana telah memiliki Klinik VCT termasuk di Rutan Kelas II B Negara.
 
 
Pihaknya menjamin ketersediaan obat ARV yang memang harus dikonsumsi secara teratur seumur hidup oleh pasien HIV-AIDS tercukupi.
 
Ketersedian obat ARV di Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Jembrana dikatakannya setiap bulan selalu dipastikan aman hingga enam bulan berikutnya, begitupula ketersediaannya di RSU setiap bulannya sangat terjamin hingga tiga bulan berikutnya.
 
“Sesuai SOP tidak boleh ada  stock out sehingga setiap bulan dilakukan pengisian untuk beberapa bulan kedepannya. Penambahannya berdasarkan kasus terbaru dan kini tanpa melihat lagi status CD 4 pasien, kalau sudah positif pasti diberikan terapi dan pasien harus siap menjalani pengobatan seumur hidup,” terangnya, Rabu (6/12/2017).
 
Menurutnya droping obat ARV itu pengadaannya tidak diadakan di daerah melainkan langsung disalurkan dari Kementerian Kesehatan dan didaerah hanya mengadakan reagen dan logistik juga ada bantuan buffer stock dari Pemerintah Provinsi Bali.
 
Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jembrana, dr. I Putu Suasta juga tidak menampik kesadaran masyarakat Jembrana terhadap penularan HIV-AIDS masih stagnan.
 
 
“Kalau dilihat dari data pemeriksaan VCT disimpulkan kesadaran masyarakat masih stagnan, kesadaran hanya pada kelompok-kelompok tertentu bahkan untuk pemeriksaan satatus HIV harus dipaksa dan ibu hamil diharuskan sebelum melahirkan,” ungkapnya.
 
Selain kuratid (pengobatan) dan rehabilitasi, pihaknya tetap melakukan upaya preventif dan promotif kendati diakuinya upaya tersebut hasilnya tidak signifikan.
 
“Fenomena kesadaran masyarakat terhadap HIV tidak seantusias seperti kesadaran untuk menjaga kesehatan fisik. Sehingga melalui pasraman juga wajib materi HIV-AIDS selain program pendekatan keluarga” jelasnya.
 
Penularan HIV menurutnya tidak bisa diblok dengan wilayah karena tergantung mobilitas dan prilaku individu.(BB)


Berita Terkini