Pengolahan Sampah di Bali, Anggota DPRD : Belum Efektif!!
Senin, 27 November 2017
istimewa
IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI
GOOGLE NEWS
Baliberkarya.com-Denpasar. Anggota DPRD Provinsi Bali Nyoman Tirtawan mengatakan pengolahan sampah yang ada saat ini belum sepenuhnya efektif, karena yang terjadi hanya pemindahan dari tong sampah ke tempat pembuagan akhir (TPA).
"Yang terjadi di Bali pengolahan sampah, terutama sampah rumah tangga belum mampu berjalan efektif. Kita lihat saja sampah semakin banyak dan di TPA Suwung, Kota Denpasar sampai menyerupai bukit," kata Anggota Komisi I DPRD Bali Tirtawan di Denpasar, Jumat (24/11/2017).
Ia mengatakan kalau terus kondisinya seperti ini, keberadaan sampah pasti akan meningkat setiap tahunnya, bahkan di TPA Suwung akan bertambah tinggi. Hal itu jelas pemandangan tidak baik yang notabene sebagai daerah tujuan wisata.
"Kelihatan jorok dan menebar bau busuk. Jelas pemandangan seperti ini sangat tidak baik. Apalagi lokasinya sangat terlihat dari Tol Bali Mandara," ucap politikus Partai NasDem.
BACA JUGA : Buka "SINODE" Pastika Harapkan Pemuka Agama Jadi Pembuka Jalan Pembentukan Iman Umat Yang Tangguh
Menurut dia, pemerintah daerah atau pemerintah Provinsi Bali harus membuat gebrakan, sehingga warga masyarakat simpati memilah sampah berawal dari rumah tangganya sendiri.
"Selain itu harus membuat proyek percontohan, sehingga warga masyarakat mendapatkan manfaatnya. Di Kota Denpasar sudah melakukan depo atau bank sampah. Tapi saya rasa belum maksimal bisa membersihkan sampah rumah tangga itu," ujarnya.
Oleh karena itu, Tirtawan mendorong pihak pemerintah terus berupaya menyosialisasikan tentang kebersihan, pengolaan sampah hingga nilai manfaat sampah tersebut.
"Saya sudah mencoba melakukan terobosan pengolahan sampah yang ada di Bulian, Kabupaten Buleleng. Saya ajak warga masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungannya, selanjutnya membuat pengolahan sampah organik menjadi pupuk," ucapnya.
Ia mengatakan dengan sistem pengolahan sampah terpad oleh masyarakat diharapkan sampah itu dapat bernilai ekonomis.
"Jika sampah organik bisa untuk pakan ternak sapi, dan dalam hitungan hari menjadi kotoran sapi tersebut. Dari kotoran ini bisa menjadi pupuk organik untuk tanaman atau sawah di daerah setempat," ujarnya.
Menurut dia, sistem ini yang bisa dijadikan contoh oleh pemerintah agar warga bisa memanfaatkan sampah menjadi nilai ekonomis. Jika pola hanya seperti di TPA Suwung, maka selamanya masyarakat hanya membuang sampahnya di tempat sampah tanpa ada kepedulian untuk menjaga lingkungan.
"Sosialisasi itu penting sehingga sampah organik bisa bermanfaat dan bernilai ekonomis. Tapi untuk sampah nonorganik (plastik) harus dicarikan jalan keluarnya. Misalnya kerja sama dengan perusahaan yang memerlukan plastik, sehingga bisa didaur ulang untuk perabotan," katanya. (BB).
Berita Terkini
Berita Terkini
Arah Kade! Kebijakan Aneh, Kantin Sekolah Jadi Mesin Uang Pemkab
11 Januari 2025
Pemkot Denpasar Imbau Warga Beli LPG 3 Kg di Pangkalan Resmi
10 Januari 2025