Baliberkarya.com - Suara Rakyat Bali Membangun

JL. Patih Nambi XII No.5, Desa Ubung Kaja, Denpasar Utara

Call:081353114888

redaksi@baliberkarya.com

Bupati Bangli Pimpin Apel Upacara Hari peringatan Gugurnya 'Kapten TNI AA Gede Anom Mudita'

Senin, 20 November 2017

Baliberkarya.com - Suara Rakyat Bali Membangun

Humas Kabupaten Bangli

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Bangli. Dalam rangka peringatan hari gugurnya pahlawan perjuangan, putra terbaik Kabupaten Bangli, Senin (20/11) digelar upacara Peringatan Hari gugurnya Kapten TNI Anak Agung Gede Anom Mudita. Acara yang di pusatkan di Monumen perjuangan Penglipuran di hadiri oleh Bupati Bangli, Wakil Bupati Bangli, Ketua dan wakil ketua DPRD Kabupaten Bangli, anggota Forkompimda Kabupaten Bangli, OPD Kabupaten Bangli, TNI dan POLRI, Petran dan siswa SMU, SMP dan SD.
 
 
Ketua Legium Veteran RI Kabupaten Bangli IB Putra membacakan riwayat hidup Kapten TNI Anak AGung Gede Anom Mudita bahwa, Anak Agung Mudita lahir pada tahun 1924, di puri kelian Bangli. Dengan bersaudara enam orang antara lain, Anak Agung Gede Ngurah, A. A. Ayu Manik, A. A. Gede Bagus Ardana, A. A. Ayu Supraba dan A. A. Gede Rai.
 
Riwayat Pendidikan Holland Inland Scholl (HIS) Sekolah Dasar Belanda Siladarma Klungkung tahun 1930 s/d 1937, Handels Vak Scholl (HVS) Sekolah Dagang Belanda di Surabaya, Malangse Handel Scholl sekolah Vak di Malang Jawa Timur, Kader school di Magelang tahun 1940. Dengan riwayat perjuangan, Zama Pendudukan Belanda sebagai kader prayoda melawan Jepang di Jawa Tengah ditawan di cilacap, berikutnya Zaman Pendudukan Jepang Terjun ke organisasi Peuda Zainedan jepang sebagai Anco, Pelatih Kepolisian Jepang (Jumpo) di Singaraja.
 
Zaman Revolusi mempertahankan Kemerdekaan RI sebagai pimpinan BKR (Badan keamana Rakyat), Pimpinan TKR (tentara keamanan Rakyat) Bangli, Pimpinan markas besar (MB) DPRI Bangli memimpin pasukan bergabung dengan pasukan resimen Ngurah Rai di bawah Pimpinan I Gusti Ngurah Rai mengadakan “Long March” ke gunung Agung.
 
 
Selanjutnya bergabung dengan Pasukan Buleleng mengadakan penyerangan terhadap Tangsi belanda di Banyumala, Mengadakan pertempuran di Desa Penglipuran dengan serdadu Belanda dan antek anteknya tepatnya tanggal 20 Nopember 1947 dalam puputan tersebut. Pada saat itu Kapten A. Agung Anom Mudita Gugur, sebelum gugur Anak Agung Anom Mudita masih sempat meneriakkan semangat perjuangan yang tak kunjung padam yaitu “Merdeka Seratus Persen”. Gugurnya Pahlawn Bangsa ini meninggalkan seorang istri Jero Pasek Jempiring dan seorang putra bernama anak Agung  Anom Suartjana.  Dengan memahami dan menghayati perjuangan beliau maka setiap tanggal 20 Nopember diperingati sebagai hari Gugurnya sang Putra Bangsa yaitu Kapten TNI Anak Agung Anom Mudita.
 
 
Sementara Bupati Bangli I Made Gianyar,SH.M.Hum.,M.Kn dalam Sambutanya menyampaikan Peringatan Hari gugurnya Kapten TNI Anak Agung Anom Mudita merupakan cerminan atau refleksi tentang pengorbanan, keteladanan dan keteguhan dalam mengapai harapan dan masa depan yang lebih baik dengan terus bekerja keras dalam mewujudkan masyarakat adil dan sejahtera sebagai cita-cita perjuangan yang tertuang dalam sila kelima Pancasila yang berbunyi Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, sekaligus sebagai momentum dalam rangka menumbuh kembangkan nilai-nilai persatuan, kepahlawanan, keperintisan dan kesetiakawanan sosial.
 
“Oleh Karena itu sejatinya nilai kepahlawanan tidak akan pernah usang atau lekang dimakan jaman karena pada setiap waktu dapat di implementasikan dan direvitalisasi dari generasi ke generasi sepanjang masa sesuai perkembangan Jaman” katanya.
 
 
 
Lebih lanjut dikatakan Peringatan Gugurnya Kapten TNI Anak Agung Anom Mudita selalu menjadi penting karena sebagai barometer seberapa kuat keyakinan kita terhadap nilai-nilai kejuangan dari suatu proses kehidupan berbagsa dan bernegara. Peringatan ini juga sebagai bentuk penghargaan terhadap jasa dan pengorbanan para pahlawan dan pejuang dalam mewujudkan Kemerdekaan.
 
“Implementasi dalam kehidupan kita untuk mengisi kemerdekaan adalah setiap orang harus bisa menjadi pahlawan minimal menjadi pahlawan untuk dirinya sendiri, untuk keluarga dan masyarakat sekitarnya, bekerja keras dan menjalankan tugas dengan baik di setiap entitasnya, itulah makna sesungguhnya yang harus kita tauladani dari pengorbanan para pahlawan, dalam rangka mengisi kemerdekaan ini” tambah Made Gianyar. (BB).
 


Berita Terkini