Baliberkarya.com - Suara Rakyat Bali Membangun

JL. Patih Nambi XII No.5, Desa Ubung Kaja, Denpasar Utara

Call:081353114888

redaksi@baliberkarya.com

Buseeeet! Bantuan Mesin Perahu Tempel dari Kementrian ESDM Ternyata Bermasalah

Senin, 30 Oktober 2017

Baliberkarya.com - Suara Rakyat Bali Membangun

Baliberkarya

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Jembrana. Bantuan mesin perahu/jukung tempel dari Kementerian ESDM untuk nelayan kecil di Jembrana ternyata bermasalah.

Permasalahan muncul lantaran dinilai penuh rekayasa dan tidak tepat sasaran. Sejumlah warga penerima dituding sebenarnya tidak layak menerima, namun lantaran kedekatan dengan pemerintah desa justru diberikan bantuan tersebut.

Hal ini terjadi di Desa Cupel, Kecamatan Negara, Jembrana. Sejumlah nelayan di Banjar Munduk Asem dan Banjar Rening memprotes bantuan mesin jukung tempel dari Kementerian ESDM RI ini.

Menurut sejumlah nelayan, bantuan 70 unit mesin jukung tembel tersebut justru diberikan oleh pihak desa kepada masyarakat yang tidak berhak menerima. Sementara masyarakat nelayan yang seharusnya berhak menerima tidak diberikan bantuan tersebut.

"Sembilan puluh persen bantuan itu tidak tepat sasaran. Ini permainan dari kelian banjar,” ujar Burhan, seorang nelayan setempat, Senin (30/10/2017)

Lanjutnya dan sejumlah nelayan lainnya, dalam pencairan bantuan tersebut ada syarat khusus yang harus dipenuhi oleh para nelayan, yakni harus memiliki kartu nelayan dan harus mempunyai jukung fiber atau jukung kayu.

Namun dalam pelaksanaannya justru sebagian besar penerima tidak memiliki jukung fiber atau jukung kayu. Sementara yang punya jukung justru tidak menerima bantuan ini.

"Banyak yang menerima tidak punya jukung tapi saat ngabil bantuan biar lolos mereka bawa jukung orang lain atau jukung juragannya,” tutur Burhan yang dibenarkan nelayan lainnya.

Kemudian lanjutnya setelah bantuan tersebut diterima, mesin tersebut kemudian dijual kepada pemilik jukung atau juragan jukung dengan harga 50 persen dari harga normal.

Burhan dan nelayan lain menjelaskan, untuk nelayan di Banjar Munduk Asem yang tidak memiliki jukung fiber namun mendapatkan bantuan mesin diantaranya, Mubasirin, Damanuri dan Muhamad Hidayat serta banyak lagi yang lainnya.

Sedangkan untuk di Banjar Rening, warga yang seharusnya tidak berhak menerima, namun diberikan diantaranya,Tasripan, Husni dan Suhaeri serta banyak lagi yang lainnya.

  

Mereka itu untuk mendapatkan bantuan mesin tempel menunjukan jukung fiber milik bosnya atau juragannya. Setelah bantuan diterima kemudian mesin itu dijual kepada bosnya. Bahkan ada diantara mereka bukan nelayan dan pekerjaannya tukang panjat kelapa dan membuat batu bata.

"Sedangkan saya yang punya jukung sendiri justru dicoret dari penerima bantuan. Bahkan oleh kelian banjar istri saya disuruh tanda tangan pernyataan tidak ngambil bantuan. Ini lucu dalam pernyataan nama saya tapi yang disuruh tandatangan istri saya. Waktu kelian banjar datang saya tidak dirumah jadi istri saya dipaksa tanda tangan,” imbuhnya.

Lanjutnya, bantuan mesin perahu tempel yang diterima tersebut jenis MJ 250 dengan kekuatan 8 PK berbahan bakar bensin. Awalnya nelayan di Cupel yang diajukan 200 orang namun

BACA JUGA :
 

Jumat (28/10) cair 70 unit.

"Kami minta aparat terkait mengusut masalah ini karena ini sarat dengan permainan. Kami yang benar-benar nelayan sangat dirugikan,” tutupnya.

Terkait hal tersebut Perbekel Cupel Usman dikonfirmasi melalui telpon membenarkan hal tersebut terjadi. Menurutnya hal itu sudah sesuai dengan intruksi dari Kadis Kelautan Jembrana.

Menurutnya ada persyaratan khusus untuk mendapatkan bantuan mesin tempel tersebut, yakni harus memiliki kartu nelayan dan memiliki jukung fiber.

Namun atas intruksi PPL dan Kadis jika nelayan mengoperasikan jukung milik juragannya atau bosnya, nelayan yang mengoperasikan itu boleh membawa atau menujukan jukung bosnya untuk mendapat bantuan mesin.

"Petunjuk PPL dan Kadis jika nelayan mengoperasikan jukung juragannya maka nelayan yang mengoperasikan itu yang mengajukan permohonan bantuan,” terangnya, Senin (30/10/2017).

Lanjutnya untuk di Desa Cupel dari yang diajukan 200 orang nelayan untuk tahun ini baru bisa terealisasi sebanyak 71 unit bukan 70 unit. Sedangkan sisanya akan direncanakan pencairannya tahun 2018.

"Jadi bagi nelayan yang belum dapat bantuan mohon bersabar sampai tahun depan,” ujarnya.

Terkait bantuan yang telah diterima kemudian dijual kepada juragannya, Usman mengaku belum tahu karena tidak ada laporan dari kelian banjarnya. Namun demikian pihaknya akan melakukan pengecekan.(BB)


Berita Terkini