Baliberkarya.com - Suara Rakyat Bali Membangun

JL. Patih Nambi XII No.5, Desa Ubung Kaja, Denpasar Utara

Call:081353114888

redaksi@baliberkarya.com

PVMBG: Status Gunung Agung Bisa Turun dari 'Awas Ke Siaga', Asal Hal Ini Terjadi!

Sabtu, 21 Oktober 2017

Baliberkarya.com - Suara Rakyat Bali Membangun

PVMBG

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Karangasem. Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Kasbani saat memberikan keterangan resmi evaluasi status awas Gunung Agung juga menjelaskan, sejak ditetapkan awas pada Jumat malam 22 September 2017 pukul 20.30 WITA, terjadi peningkatan signifikan manifestasi permukan Gunung Agung.

"Kita lihat ada embusan asap mengandung uap air dan MC gas di atas semakin signifikan. Semburan air juga ada. Dari satelit ada manifestasi thermal yang meningkat tajam dari sebelumnya," jelas Kasbani di Pos Pengamatan Gunung Api Agung di Desa Rendang, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali, Sabtu 21 Oktober 2017.

Kasbani mengaku di kawah gunung setinggi 3.142 mdpl tersebut itu adalah zona lemah dan ada rekahan makin berkembang, serta lubang di sana juga makin banyak. Tanah yang di dalam kawah terbakar, hal itu menurut Kasbani hal itu mengindikasikan ada aktivitas Gunung Agung di bawahnya. "Semua itu artinya aktivitas Gunung Agung meningkat," tegas Kasbani.

Sementara, lanjut Kasbani, dari sisi instrumen yang dimiliki PVMBG seperti sembilan stasiun seismik, empat stasiun GPS, dua stasiun tieltmeter, CCTV dan thermal camera serta alat mobile pengukuran geo-kimia juga menunjukkan hal sama.

"Kami mendapatkan data dari satelit untuk mengetahui kondisi di atas. Data-data tersebut untuk menetapkan status tetap atau turun itu harus konsisten sama. Kalau katakanlah seismik turun, tapi data lain tidak mendukung, itu tidak bisa dilakukan (penurunan status). Karena harusnya turunnya itu harus konsisten dan pelan-pelan," ulasnya.

  

Untuk data seismik yang terekam jauh sebelum status Gunung Agung dinaikkan bertahap‎ gempa tektonik lokal sudah berkembang jauh sebelum bulan September 2017. Jika sebelumnya gempa tektonik lokal berada di sisi barat laut, kemudian makin mendekat dan terakhir berada di perut Gunung Agung.

BACA JUGA :
 

"Itu berkembang dari sisi barat laut kemudian mendekat lagi ke arah gunung itu, akhirnya gempa-gempa vulkanik itu juga berkembang di bawah gunung itu. Gempa vulkanik dalam makin banyak dan pada saat kenaikan pertama di bulan September untuk status level II (waspada) gempa vulkaniknya ada peningkatan cukup signifikan," tandasnya.

Untuk data thermal camera, Kasbani menyebut mengindikasikan hal sama. Lantaran terus terjadi peningkatan aktivitas signifikan, maka pada tanggal 18 September 2017 status Gunung Agung dinaikkan ke level III (siaga).‎ Jika saat masih level II gempa vulkanik terekam hanya satuan, maka pada level III sudah berada di angka puluhan.

"Kemudian pada tanggal 22 September itu terjadi peningkatan luar biasa. Gempa vulkanik dangkal dan dalam pada saat itu mencapai 720 kali. Sejak saat itu gempa vulkanik fluktuasi hingga saat ini. Dia berada di kisaran antara 500 bahkan sampai di atas seribu," papar Kasbani.

Bagi Kasbani, jika nantinya data-data menunjukkan konsistensi penurunan bukan tak mungkin penurunan status diberlakukan. Data yang dimaksud Kasbani yakni‎ dari sisi kegempaan turun pelan-pelan, dari sisi deformasi menunjukkan hal sama, tidak terjadi up-lifting, secara visual aktivitasnya sudah menurun, tidak terjadi semburan air, emisi gas yang relatif kecil, suara gas yang semakin mengecil, maka hal itu bisa dijadikan pedoman menurunkan status.

"Artinya, status itu bukan dari kami, tapi status itu berdasarkan apa yang dikeluarkan oleh Gunung Agung itu sendiri," terang Kasbani.(BB).


Berita Terkini