Kota Karangasem "Sepi Litig", Pelaku Bisnis Terpaksa Pindahkan Usahanya
Selasa, 17 Oktober 2017
ist
Baliberkarya.com-Karangasem. Hampir satu bulan sudah Gunung Agung berstatus Awas atau Level IV yakni sejak Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengumumkannya pada 22 September 2017. Dan sejak itu pula, aktivitas ekonomi di Kota Karangasem mulai mandeg bahkan kini lumpul total.
Komandan Satuan Tugas Siaga Erupsi dan Tanggap Darurat Gunung Agung, Letnan Kolonel Infanteri Fierman Sjafirial menduga hal itu terjadi lantaran pelaku bisnis di Kota Karangasem memindahkan usaha mereka ke daerah yang aman dan bergairah secara ekonomik.
"Kalau di sektor ekonomi rata-rata orang berpikir bisnis. Kalau di Kota Karangasem sudah sepi, masa masih terus mau buka," kata Fierman di Posko Utama Tanggap Darurat di Dermaga Tanah Ampo, Kabupaten Karangasem, Bali, Selasa 17 Oktober 2017.
Fierman tak menyalahkan pengusaha yang mengamankan barang dagangannya ke lokasi yang dianggap lebih aman. Sebab, mengacu pada bencana letusan Gunung Agung tahun 1963, Kota Karangasem itu dikepung lahar dingin.
Bahkan sebagian wilayah tertutup lahar dingin. Belajar dari peristiwa itu, Fierman menduga sepinya kota Karangasem lantaran warga telah mengungsi ke zona aman.
"Waktu letusan tahun 1963 atau 54 tahun lalu Kota Karangasem dilanda lahar dingin yang sangat luar biasa. Bahkan sebagian wilayah tertimbun lahar dingin. Tentu berkaca dari pengalaman bencana itu, warga mengungsi begitu Gunung Agung ditetapkan awas," jelasnya.
"Kota Karangasem memang sudah sepi. Sejak status awas kami langsung turun ke masyarakat mensosialisasikan hal itu. Kami dapat menangkap keresahan warga," imbuh Komandan Kodim 1623/Karangasem itu.
Kini, pusat perbelanjaan di jantung Kota Karangasem telah tutup sejak status awas diberlakukan. Praktis aktivitas ekonomi warga terganggu. Bahkan, sejumlah toko pun telah tutup. Kalaupun ada yang masih buka, hanya pegawainya saja yang berjaga. Sementara sang pemilik telah mengungsi keluar kota.
Sejumlah Anjungan Tunai Mandiri (ATM) pun telah dikosongkan. Di pasar-pasar nampak sepi. Sejumlah warga kesulitan mencari bahan kebutuhan pokok.(BB).