Game akan DIresepkan Sebagai Obat di Masa Depan
Senin, 31 Juli 2017
Ilustrasi
IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI
GOOGLE NEWS
Baliberkarya.com - Internasional. Beberapa tahun belakangan, game untuk melatih otak merupakan topik kontroversial, terutama setelah sekelompok peneliti membuat surat terbuka pada 2014. Dalam suratnya, mereka mengatakan, hanya ada sedikit bukti yang menunjukkan melatih otak Anda di satu bidang akan meningkatkan fungsi kognitif di bidang lain.
Tidak lama setelah itu, sekelompok peneliti lain membantah pernyataan tersebut, mengklaim bahwa telah ada cukup bukti yang menunjukkan bahwa pelatihan di bidang kognitif tertentu dapat meningkatkan fungsi kognitif, seperti yang disebutkan oleh The Verge.
Inilah yang membuat apa yang dilakukan perusahaan bernama Akili menjadi menarik. Akili adalah perusahaan asal Boston yang menggunakan teknologi dari laboratorium Neuroscape dari University of California, San Fransico untuk membuat game mobile yang disebut Project: EVO.
BACA JUGA:
Tujuan dari game ini adalah untuk membantu anak-anak yang mengidap ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder). Nantinya, game tersebut diharapkan akan bisa disarankan untuk digunakan layaknya resep.
Salah satu cara yang Akili lakukan untuk memvalidasi game buatannya adalah dengan melewati proses dan pengujian yang dilakukan oleh Badan Makanan dan Obat Amerika Serikat (FDA) seperti jika mereka membuat perangkat medis atau obat.
Saat ini, game buatan Akili tengah ada dalam tahap III pengujian klinis, yang berarti, game ini belum tentu akan diakui sebagai obat. Namun, jika Akili sukses, maka game ini akan menjadi game pertama yang bisa diresepkan di AS. Dan hal ini akan menciptakan kategori baru, yaitu obat digital.
Sebelum mendirikan Akili dan menjadi Chief Creative Officer, Matt Ormernick merupakan seorang Executive Art Director di Lucas Art. Sementara tim Neuroscape, yang dipimpin oleh ahli syaraf, Adam Gazzaley, telah mengembangkan dan menguji teknologi game untuk mengatasi kelainan otak seperti ADHD, autisme, depresi, Alzheimer dan lain sebagainya selama 12 tahun.
Baik Gazzaley dan Omernick sepenuhnya sadar akan kontroversi terkait proyek yang mereka kembangkan. Namun, mereka berkata, apa yang mereka lakukan berbeda. Misalnya, Gazzaley berkata, Neuroscape berusaha untuk tidak sekadar membuat latihan otak seperti game tapi membuat game yang memang menarik bagi pemainnya.
"Kami mengintegrasikan tantangan kognitif dengan gerakan fisik," ujarnya. (BB/mtr)
Berita Terkini
Berita Terkini
Pemkot Denpasar Imbau Warga Beli LPG 3 Kg di Pangkalan Resmi
10 Januari 2025
Audiensi Bersama Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan
10 Januari 2025
Bappebti Serahkan Pengawasan Aset Kripto ke OJK dan BI
10 Januari 2025