Baliberkarya.com - Suara Rakyat Bali Membangun

JL. Patih Nambi XII No.5, Desa Ubung Kaja, Denpasar Utara

Call:081353114888

redaksi@baliberkarya.com

Hindari Bali Mandara Pecah, Demokrat Dorong Pilgub Bali "Head To Head"

Rabu, 07 Juni 2017

Baliberkarya.com - Suara Rakyat Bali Membangun

Ilustrasi

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Denpasar. Peta politik jelang Pilgub Bali 2018 sampai saat ini masih berjalan dinamis dan arah koalisi masih belum bisa ditebak. Belakangan terjadi kasak kusuk yang beredar diantara elit parpol jika Partai Gerindra akan bergandengan mesra dengan Partai Demokrat bersama sejumlah partai lainnya untuk berkoalisi mengusung salah satu calon dalam hajatan pesta demokrasi lima tahun sekali tersebut.
 
Dikonfirmasi terkait merapatnya Partai Gerinda dengan Partai Demokrat tidak dibantah oleh Ketua DPD Demokrat Bali, Made Mudarta. Ia mengakui jika partai yang dipimpinnya dengan Partai Gerindra memiliki "chemistry" yang sama dan memang ada dari awal sama-sama berada dalam Koalisi Bali Mandara (KBM).
 
"Kami membangun di daerah mempunyai kebersamaan dengan Partai Gerindra. Sampai dengan logo pun kita mirip yakni burung yang siap terbang tinggi membawa cita-cita luhur membawa ideologi partai, jadi aliansi yang sangat kuat diantara kami," kata Mudarta, Rabu 7 Juni 2017.
 
 
Namun, lanjut Mudarta, apabila Partai Gerinda membuat peluang baru diluar KMB tentunya peluang tersebut bisa terjadi, sebab politik sangat dinamis dan apapun bisa terjadi dalam lima bulan kedepan sampai awal desember akan banyak hal yang bisa terjadi di tengah jalan.
 
"Tapi yakinlah atas kuasa Tuhan, siapa yang dinaikan dan diturunkan sudah punya pilihan tapi energi alam semesta ini memberikan dampak pada seseorang yang bisa diusung pada partai politik. Walaupun banyak baliho bertebaran belum jaminan dapat rekomendasi," sindirnya.
 
Demokrat sendiri, sambung Mudarta, berjuang serta berharap Pilkada Bali mendatang bisa diikuti dua pasangan calon yang bertarung atau "head to head". Hal ini untuk memudahkan rakyat dalam memilih, dan biaya politik pun lebih murah, serta ketika calon terpilih oleh rakyat memiliki daya dukung yang kuat dari rakyat sehingga bisa memimpin lima tahun secara aman karena mendapat dukungan 50 persen lebih dari rakyat Bali. 
 
Apalagi Bali sangat sensitif sekali dengan sistem keamanan seperti aksi demo yang tidak puas dengan pemimpinnya karena dukungan yang sangat minim akan berdampak pada berita-berita nasional, yang bisa jadi berpengaruh pada wisatawan mancanegara dengan mengurungkan niatnya ke Bali.
 
"Kita mengharapkan pada pemerintahan Bali kedepan bisa berjalan dengan stabil. Tentu syarat utamanya adalah daya dukung rakyat Bali terhadap pemimpin terpilih yang kuat. Artinya opsi Bali Mandara plus jadi opsi utama ketika terjadi dinamika politik misalkan, memang dimungkinkan gabungan partai politik bisa mengajukan pasangan calon maksimum ada tiga pasangan calon yang bisa terwujud," jelasnya.
 
Mudarta pesimis terhadap pasangan calon independen yang persyaratannya sangat berat seperti contohnya Ahok yang dulu sempat dapat mengumpulkan berjuta-juta KTP untuk maju Pilgub DKI dulu akhirnya ia berhitung dengan cermat lebih baik maju melalui partai politik dan hal ini menjadi gambaran. 
 
Mudarta memandang apalagi di Bali masyarakatnya sangat aktif dengan urusan adat budaya mereka sehingga sangat sibuk sehari-harinya, jadi sangat sulit sekali untuk digerakan datang ke PPS untuk menyatakan bahwa betul-betul untuk dukungan memberikan pada pasangan calon tertentu. 
 
"Munculnya calon independen dari pasangan calon di Bali itu memang sangat berat. Saya sangat berpengalaman bermacam pilkada di Bali dan nasional. Kami masih menunggu siapa elit PDIP yang mendapat rekomendasi dari DPP PDIP sehingga peta politik semakin jelas. Sekarang "wait and see" atau sama-sama menunggu pasangan dari setiap partai yang mendapat rekomendasi," tutupnya.(BB).


Berita Terkini