Masyarakat Jangan Kawatir Buat dan Makan Lawar Barak. Asalkan Ini Syaratnya!
Jumat, 17 Maret 2017
Istimewa
Baliberkarya.com-Denpasar. Masyarakat Bali beberapa hari belakangan ini dihantui penyakit Meningitis Streptococcus Suis (MSS) yang diakibatkan mengkonsumsi makanan dari olahan daging babi khususnya lawar barak dan komoh. Dampak dari isu penyakit MSS yang beredar luas di media sosial semakin memperparah dan membuat masyarakat Bali semakin resah dan gelisah.
BACA JUGA : Tidur dengan Kipas Angin, Bahaya atau Malah Sehat? Ini Jawabannya
Parahnya lagi, para pedagang kuliner khusus Babi Guling omsetnya merosot drastis lantaran banyak masyarakat Bali yang ketakutan mengkonsumsi makanan olahan daging Babi. Pasca merebaknya penyakit MSS yang tersebar luar, masyarakat Bali akhirnya banyak beralih mengkonsumsi daging olahan selain daging babi.
Terkait hal itu, tokoh masyarakat Bali I Made Mudarta menyatakan jika penyakit MSS dan sejenis sudah ada di Bali sejak lama dan dari dahulu, namun akibat dampak media sosial sehingga menyebar luas yang berdampak ketakutan masyarakat Bali untuk mengkonsumsi makanan dari olahan daging babi.
"Itu penyakit (MSS) sesungguhnya itu sudah dari dulu ada. Kini maskin seram karena adanya sosial media. Semestinya masyarakat Bali yang biasa makan Lawar Barak, Babi Guling, tidak perlu kuatir," ucap Mudarta, Jumat (17/3/2017).
Menurut tokoh pemerhati masyarakat yang juga politisi itu mengungkapkan jika daging babi kalau dimasak, baik itu digoreng, direbus, dipanggang atau dibakar dalam suhu tertentu maka bakterinya otomatis akan mati. Untuk itu, Mudarta menghimbau masyarakat luas agar jangan kawatir makan babi.
"Penyakit itu khan dari babi ke manusia, tapi dari manusia ke manusia tidak ada dan tidak mungkin terjadi. Kemungkinan penyakit itu muncul karena pemelihara babi yang luka, atau pemotong babi yang terluka," ungkapnya.
BACA JUGA : Atasi Penyakit Meningitis Mewabah, 30 Lebih Dokter Hewan Dikerahkan
Untuk menghilangkan ketakutan, msyarakat Bali diharapkan membeli daging di pasar-pasar resmi dan bagi masyarakat yang memiliki babi sa jangan dijual dan hendaknya lapor dulu ke petugas terdekat agar segera ditangani. "Apalagi penyakit ini sudah ada dari dulu. Untuk itu, jangan terlalu kuatir asal dagingnya baik dan pengolahannya baik," harapnya.
Mudarta menghimbau bagi masyarakat yang hendak membuat lawar barak agar ramuan atau bumbu-bumbu yang disiapkan oleh para orang tua atau leluhur kita jangan sampai "base genep" atau bumbu lengkapnya salah satu bumbu atau rempahnya dikurangi. Baginya, dalam bumbu genep leluhur kita sudah memikirkan bahwa sudah ada unsur rempah pembunuh bakteri.
"Jika ada masyarakat yang makan Lawar Barak terus sakit MSS kemungkinan ada salah satu unsur bumbunya dikurangi sehingga tidak lengkap lagi, apalagi unsur bumbu atau rempah yang berfungsi membunuh bakteri. Jadi intinya masyarakat Bali khususnya yang gemar mengkonsumsi Lawar dan olahan daging babi lainnya tidak perlu takut," tegasnya.
BACA JUGA : Tak Semua Benjolan di Payudara Itu Kanker. Begini Penjelasan Medisnya!
Ia kawatir jika isu ini berembus jelang hari raya Nyepi dan Galungan dimana mayoritas masyarakat Bali mengkonsumsi daging Bali. Ia berharap pemerintah khususnya Dinas Kesehatan dan Dinas Peternakan menjelaskan ke masyarakat luas agar masyarakat tidak semakin resah dan kawatir
"Kembalikan konsep memasak dengan bumbu lengkap yang diwariskan leluhur kita, tanpa dikurangi ataupun ditambahkan," pungkasnya.(BB).