Baliberkarya.com - Suara Rakyat Bali Membangun

JL. Patih Nambi XII No.5, Desa Ubung Kaja, Denpasar Utara

Call:081353114888

redaksi@baliberkarya.com

Terkuak, 19 Krama Bali Positif Terkena Meningitis Babi, Ternyata Makan Olahan Babi yang Sama!

Sabtu, 11 Maret 2017

Baliberkarya.com - Suara Rakyat Bali Membangun

Baliberkarya/ist

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Badung. Krama Bali diimbau untuk lebih hati-hati konsumsi makanan olahan dari daging babi yang masih mentah. Contohnya lawar merah, kuah komoh, sate, hingga babi guling. Makanan dengan olahan daging yang tidak matang dan terinfeksi bakteri bisa menyebabkan penyakit Meningitis Streptococcus Suis (MSS) atau meningitis babi.
 
Penyakit meningitis babi ini menyerang puluhan warga Desa Sibang Gede dan Sibang Kaja, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, Bali. Hal tersebut diketahui setelah dilakukan pemeriksaan tujuh sampel di Laboratorium Mikro RSUP Sanglah dari pasien yang dirawat di RSUD Mangunsada, Badung.
"Penyebabnya streptococcus suis, ditularkan lewat makan darah babi atau daging babi yang tidak dimasak dengan matang. Dari tujuh sampel pasien, ada dua pasien yang dinyatakan positif," ungkap Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bali, dr Ketut Suarjaya, MPPM, Jumat (10/3/2017) sore.
 
 
Kabar tersebut juga dibenarkan oleh dr Made Susilawathi, SpS, Divisi Infeksi dan Imunologi dan SMF Neurologi FK UNUD/RSUP Sanglah, Denpasar. Ia menyatakan telah dilakukan uji sampel pada tujuh pasien dari RSUD Mangunsada, Kapal, Badung.
 
"Uji lab sudah dilakukan dari tujuh potongan sampel. Diuji di Sanglah dan hasilnya dua positif terjangkit," ungkapnya saat dihubungi melalui telepon, Jumat (10/3/2017) sore.
 
Di RSUP Sanglah Denpasar juga terdapat satu pasien yang terindikasi mengidap penyakit serupa.
 
Pasien tersebut merupakan rujukan dari RSUD Tabanan.
 
"Ada satu pasien di Sanglah rujukan dari Tabanan tapi belum ada hasil labnya. Jadi belum bisa dikatakan positif dan baru suspect," kata Suarjaya.
 
Kasus ini bermula saat ada laporan kasus dugaan enchepalitis di Sibang Gede, Minggu (5/3/2017).
 
Sehari setelahnya dilakukan penyelidikan epidemologi oleh Dinkes Provinsi bersama Dinkes Badung.
Dari rangkaian penyelidikan tersebut ditemukan 18 orang mengalami kasus demam dan pusing setelah mengkonsumsi olahan daging babiberupa lawar, kuah komoh, sate, dan olahan lainnya.
 
 
Tujuh orang kemudian dilarikan ke RSUD Mangunsada, dan tiga di antaranya mengalami kejang.
 
Dari tiga orang tersebut dua orang dirawat di ICU dan satu orang di ruang perawatan biasa karena ICU penuh.
 
Menurut Dirut RSUD Mangusada, dr Nyoman Gunarta, hingga kemarin sudah ada 19 orang pasien suspect MSS yang dirawat. "Sebelumnya kan 17 pasien, sekarang tambah lagi dua pasien dari Banjar Bantas Kaja, Desa Sibang Gede," ujar Gunarta.
 
Awalnya, puluhan warga yang masuk rumah sakit tersebut sempat diduga terjangkit virus atau bakteri chikungunya.
 
Ternyata warga tersebut positif terkontaminasi bakteri MeningitisStreptococcus Suis (MSS) atau meningitis babi. Meningitis Streptococcus Suis merupakan meningitis bakteri akut zoonosis yang penularannya dari babi ke manusia. Rute penularannya melalui makanan dari babi yang mentah misalnya darah segar, usus, jeroan, dan daging yang terinfeksi.
 
Makan Daging Babi
Menurut informasi yang berhasil dihimpun, sebelum puluhan warga terserang meningitis babi memang benar ada warga yang melakukan kegiatan upacara perkawinan di daerah Desa Sibang Gede.
Keluhan dirasakan setelah memakan olahan daging babi yang belum dikelola secara maksimal.
 
“Nggih, waktu itu (sebelum kejadian) ada orang mesakapan (upacara pernikahan) di sekitar sini (Sibang Gede). Setelah makan daging babiyang telah diolah menjadi lawar, sate, dan lainnya, warga mengeluh beberapa gejala meningitis itu,” ungkap salah seorang warga yang ditemui di Banjar Bantas Kaja, Sibang Kaja, Abiansemal, Jumat (10/3/2017).
 
Hal itu dibenarkan seorang pasien asal Banjar Bantas Kaja, Ketut Windia (58), yang ditemui di RSUD Mangunsada.
"Saya kena penyakit ini setelah makan daging babi, mungkin ada bakterinya," katanya.
 
Kepala Seksi Humas RSUD Mangusada Badung, dr Ketut Japa, mengatakan semua warga yang terkontaminasi bakteri Meningitis Streptococcus Suis sebelumnya mengkonsumsi makanan yang serupa yakni olahan babi.
 
Olahan yang dimaksud seperti lawar, kuah komoh, sate, dan lain sebagainya.
“Semua yang dikonsumsi oleh korban itu sama. Mungkin proses pengolahannya yang bermasalah, sehingga warga yang datang ke rumah sakit dengan keluhan yang sama seperti panas, mual muntah, pusing, dan kejang,” jelasnya.
 
Japa melanjutkan, setelah mendapatkan penanganan di Instalasi Gawat Darurat (IGD), pasien kemudian dilanjutkan masuk ke ruangan rawat inap.
Mereka diberikan antibiotik sebagai penangkal bakteri.
 
“Untungnya penanganan yang cepat bisa dilakukan sehingga seluruh pasien yang saat ini masih dirawat, keadaannya sudah mulai membaik,” kata Japa.
Selain babinya memang sudah terinfeksi bakteri, kata dia, cara pengolahannya juga kurang higienis atau tidak maksimal.
 
Akibatnya penularan bakteri dari babi ke manusia sangat mudah.
 
 
“Jika pengolahan sudah maksimal, mungkin bakteri yang terkandung pada babi tersebut tidak akan sampai ke dalam tubuh manusianya,” terangnya.
 
Dia juga mengatakan, setelah keluarnya hasil laboratorium seperti sampel darah dan pengambilan cairan tulang belakang, serta gejala-gejala yang timbul memang mengarah ke penyakit meningitis.
 
“Tapi, korban yang sudah mendapatkan penanganan dipastikan sembuh. Namun penyakit ini menyerang bagian otak dan koklea yang terletak pada bagian dalam telinga, sehingga bisa menyebabkan gangguan pendengaran secara permanen atau tuli,” imbuhnya. (BB/tribun)


Berita Terkini