Meski PDIP Berkuasa, Calon Kepala Daerah Didominasi Golkar. Ini Buktinya!
Sabtu, 04 Maret 2017
Istimewa
Baliberkarya.com-Nasional. Lembaga survey Instart kembali merilis kajian Pilkada tahun 2017 yang diselenggarakan secara serentak diseluruh lndonesia terkait dengan kecenderungan koalisi partai politik.
BACA JUGA : Golkar Kini Punya Sekolah Politik Perempuan
Menurut Direktur Eksekutif Instrat Jalu Priambodo dalam rilis yang diterbitkan Instart,Kamis (2/3/2017), menjadi partai penguasan di tingkat nasional tidak menjamin PDI Perjuangan mendominasi pencalonan kandidat di Pilkada. Ini terbukti dari jumlah pasangan yang didukung secara resmi oleh PDIP (90 kandidat) masih kalah dibandingkan dengan Partai Golkar dengan 98 kandidat. Jumlah pasangan yang diusung PDIP sama dengan Partai Demokrat. Diikuti oleh Nasdem sebanvak 84 kandidat dan PAN 83 kandidat.
Partai Golkar memiliki kecenderungan terbesar mengusung petahana, yakni sebanyak 51 kandidat . Setelah itu diikuti oleh Nasdem 43 kandidat dari Demokrat 42 kandidat. Secara persentase, jumlah petahana yang diusung Golkar memakan porsi sebesar 52% dari seluruh kandidat yang diusung oleh Partai Golkar.
BACA JUGA : Kunjungan Raja Arab Ke Bali Jadi Magnet Bagi Wisatawan Timur Tengah
Kecenderungan Partai Golkar yang cenderung mendukung petahana serupa dengan Partai Nasdem. Dengan kecenderungan serupa ini, Partai Golkar dan Partai Nasdem juga menjadi partai yang paling sering melakukan koalisi di Pilkada 2017. Golkar dan Nasdem melakukan koalisi sebanyak 49 kali.
Partai selanjutnya yang melakukan koalisi terbanyak adalah Golkar dengan PAN sebanyak 45 koalisi, Golkar dengan Demokrat (42 koalisi), PKS-Demokrat (38), PKBGerindra (37). Sementara itu PAN-Nasdem, PKB-Nasdem, PDIP-PAN masing-masing melakukan 36 kali koalisi.
BACA JUGA : Diduga Jadi Bandar Narkoba, Andika 'The Titans' Ditangkap Polisi
Kecenderungan partai dengan basis masa relijius untuk saling melakukan koalisi ternyata tidak terlalu banyak terjadi. Koalisi terbanyak diantara partai relijius adalah antara PAN dengan PKS sebanyak 30 kali. ini menunjukkan koalisi yang terjadi dikarenakan alasan taktis dibandingkan idiologis. Partai dengan basis pemilih relijius akan mencoba meraih ceruk lebih besar dengan berkoalisi dengan partai berbasis massa nasionalis.(BB/PR)