Baliberkarya.com - Suara Rakyat Bali Membangun

JL. Patih Nambi XII No.5, Desa Ubung Kaja, Denpasar Utara

Call:081353114888

redaksi@baliberkarya.com

Harga Gabah di Bali Menurun Drastis, Harga Obat dan Pupuk Meroket

Minggu, 26 Februari 2017

Baliberkarya.com - Suara Rakyat Bali Membangun

Baliberkarya.com

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Jembrana. Petani di Jembrana belakangan ini mengeluhkan harga gabah di tingkat petani menurun. Sementara harga obat-obatan dan pupuk tergolong mahal dan harganya meroket.
 
Akibatnya, banyak petani mengaku merugi dan terancam tidak bisa menutup semua biaya produksi yang telah dikeluarkan. Bahkan pada musim panen kali ini banyak petani terpaksa masih menanggung hutang di toko obat-obatan maupun di subak setempat.
 
Menurut sejumlah petani, pada musim panen kali ini harga gabah ditingkat petani hanya Rp 3400 perkilo. Itupun kondisi gabah yang sudah bersih. 
 
Sedangkan pada musim panen sebelumnya harga gabah di tingkat petani mencapai Rp 3700 per kilonya dalam kondisi bersih atau Rp 4000 per kilo dalam kondisi kotor.
 
"Harga tiga ribu empat ratus ribu rupiah itu sudah termasuk kualitas bagus. Kalau kualitasnya agak jelek harganya hanya tiga ribu dua ratus rupiah," ujar Gede Jem, salah satu petani di Subak Samblong, Minggu (26/2/2017).
 
Dengan harga gabah Rp 3400 perkilo, petani agak sulit mendapatkan lebih dari biaya produksi. Namun hanya cukup untuk mengganti semua biaya produksi yang rata-rata berhutang dulu di toko-toko sarana pertanian maupun di subak.
 
 
"Tapi jika harga gabah sampai tiga ribu rupiah perkilo, jelas petani rugi karena harga pupuk dan obat-obatan sangat mahal," ungkapnya.
 
Turunnya harga gabah ditingkat petani pada musim panen kali ini menurut sejumlah petani karena kualitas padi yang dihasilkan agak rendah dibandingkan musim panen sebelumnya.
 
Dimana untuk musim panen kali ini banyak butiran padi jamuran akibat tanaman padi rebah dan terendam air lantaran musim hujan dan terkena banjir. 
 
Disamping itu, banyak petani yang terpaksa memanen padinya lebih awal, sebelum waktunya dipanen lantaran takut padinya rebah jika diguyur hujan disertai angin secara terus menerus.
 
Turunnya harga gabah pada musim panen kali ini dibenarkan oleh Ketut Dandra, seorang penebas padi petani asal Desa Yehembang, Mendoyo.
 
Menurutnya, turunnya harga gabah di tingkat petani dikarenakan kualitas padi yang dihasilkan petani di sejumlah subak lebih rendah dibandingkan musim panen sebelumnya.
 
"Penyebabnya bukan karena panen raya. Tapi karena cuaca yang exstrim pada musim panen kali ini," terang Dandra mengakhiri. (BB)


Berita Terkini