Bali Garis Terdepan sebagai Penjaga Budaya
Kamis, 22 September 2016
baliberkarya
Baliberkarya.com-Gianyar. Pulau Bali terkenal dengan kekuatan seni budaya yang tak terbantahkan hingga kini. Daya tariknya yang kuat menjadikanya magnet bagi warga dunia untuk datang berkunjung. Terlebih, Kabupaten Gianyar sebagai daerah seni di Bali yang menjadi penyangga seni budaya bagi daerah lainnya.
Hal itu dikatakan Deputi Kementerian Koordinator Pembangu nan Manusia dan Kebudayaan RI Haswan Yunaz di sela – sela seminar internasional bertema warisan transbudaya yang berbasis pada keharmonisan di Balai Budaya Gianyar, Kamis (22/9/2016).
Haswan mengatakan, globalisasi menyebabkan dampak yang beragam bagi perkembangan budaya di Indonesia. Saat ini, daya tahan masyarakat daerah benar – benar diuji dalam menangkal masuknya pengaruh budaya asing. Maka, segala cara harus digiatkan untuk mencegah semua itu.”Sosialisasi dan praktek secara intens menjadi kunci utama,”ucapnya.
“Pandangan saya, Bali merupakan garis terdepan saat ini dalam urusan pengembangan kebudayaan. Sebab, pulau ini memiliki daya jual yang kuat bagi dunia. Ini yang harus dijaga, jangan sampai rusak, yang hanya akan membuat orang beralih mencari lokasi lain yang belum terjamah. Tradisi harus benar – benar dilestarikan sekuat mungkin,”tekannya.
Dia mengapresiasi komitmen Pemda Gianyar yang sangat concern terhadap pelestarian seni budaya. Niat baik tersebut harus dibarengi dengan etos kerja nyata, dukungan penuh dari masyarakat dalam partisipasinya memperkuat budaya daerah.”Seni budaya juga harus dijadikan prioritas pembangunan,”tegas Haswan.
Ketua Pusat Kajian Bali Universitas Udayana Prof. Dr. I Ketut Ardhana mengatakan, seminar internasional tersebut bertujuan menyosialisasikan peran Gianyar dalam memperkuat jaringan, baik di tingkat lokal, nasional, dan global. Juga akan membahas refleksi perjalanan panjang sebuah kota dengan segala poensi, tantangan memperuat kearifan lokal yang dimiliki.
Lebih lanjut, pihaknya ingin mengambil manfaat secara filosofi, konsepsual, dan aplikasi untuk akselarasi pembangunan kota yang bermakna bagi kesejateraan warga kota dan peradaban. Peserta seminat sejumlah 100 orang terdiri dari pejabat pemerintah, pemerhati wisata, tokoh agama dan adat, akademisi, mahasiswa Perguruan Tinggi, siswa, insan kreatif dan lembaga sosial masyarakat di Bali.
Sementara, Bupati Gianyar Anak Agung Bharata mengatakan, kepercayaan yang diberikan terhadap dirinya sebagai Predisium Jaringan Kota Pisaka Indonesia membuatnya memiliki tanggung jawab besar dan selalu memberi prioritas tertinggi dalam masalah seni dan budaya di Kabupaten Gianyar. Dia berharap usai seminar nanti, banyak ide baru yang dapat memberi sumbangsih terhadap perkembangan budaya di Kabupaten Gianyar.”Budaya kita sudah sangat kuat, tinggal bagaimana memadukannya dengan inovasi – inovasi baru agar selalu fresh dan tidak jenuh,”ucapnya.
Dalam seminar tersebut, hadir Prof. Goh Beng Lan dari National University of Singapore, dengan judul makalahnya Warisan Transbudaya yang Berbasis Keharmonisan di Era Global. Kemudian Dr. Ang Ming Chee dari George Town World Heritage Incorporated Malaysia, membawakan Pengurusan Warisan Budaya di Tapak Warisan Dunia UNESCO George Town. Terakhir, Prof Yekti Maunati dari LIPI-Jakarta menjabarkan tentang Beberapa Permasalahan Budaya Lokal, Budaya Nasional, dan Budaya Global: Kajian Etnisitas dan Identitas (BB)