Sejak Seabad, Pedudusan Agung di Pura Dalem Nongan Baru Akan Digelar
Senin, 12 September 2016
Baliberkarya.com
IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI
GOOGLE NEWS
Baliberkarya.com - Karangasem. Satu abad sudah upacara atau Karya Padudusan Agung, Tawur Agung, Melaspas dan Mupuk Pedagingan" di Pura Dalem, Desa Nongan, Kabupaten Karangasem belum pernah dilakukan oleh masyarakat setempat.
Untuk itulah, dengan semangat gotong-royong dan kesepakatan 'krama pengempon' warga setempat, maka upacara ritual dengan tingkatan tertinggi itu rencananya baru dilaksanakan tahun ini.
Ketua Panitia Karya Padudusan Agung Pura Dalem Nongan, Dewa Made Bagus Rai Saputra mengakui dari penuturan tokoh masyarakat bahwa upacara ritual keagamaan "Padudusan Agung, Melaspas dan Mupuk Pedagingan" di Pura Dalem Nongan belum terlaksana sejak sekitar satu abad lebih.
"Oleh karena itulah akhirnya warga masyarakat yang terdiri dari sembilan banjar (dusun) adat yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan kegiatan ritual Pura Dalem Nongan menyelenggarakan 'pesamuan' atau rapat agung untuk menentukan hari baik pelaksanaan upacara tersebut," ucap Dewa Made Rai Saputra di Desa Nongan, Karangasem, Bali, Senin (12/9/2016).
Berdasarkan hasil rapat bersama pengurus dan warga masyarakat serta petunjuk dari rohaniawan Hindu, kata Dewa Made Rai Saputra, maka disepakati menyelenggaraan upacara ritual tersebut dilaksanakan bertepatan pada 27 September mendatang.
"Puncak acara ritual tersebut juga bertepatan dengan Piodalan (peringatan) Pura Dalem Nongan, yakni Selasa wuku Medangsia," ungkapnya.
Sementara Kelian (Ketua) Pura Dalem Nongan, Ida Ketut Andel Erawan menyatkan upacara ritual keagamaan yang tergolong tingkatan paling tinggi tersebut sebagai upaya menetralkan alam semesta (bhuwana agung) dengan kehidupan manusia (bhuana alit).
"Berbagai persiapan terkait dengan serangkaian ritual keagamaan tersebut sudah dilakukan sejak dua bulan lalu. Mulai menyusun agenda kegiatan, 'ngukat genah' (persiapan tempat), membuat sesaji (banten upakara) hingga perlengkapan lainnya," jelasnya.
Menurutnya, dengan semangat gotong-royong dan "yadnya umat" (keikhlasan) warga, kata dia, sehingga upacara yang cukup lama (sekitar seabad) tidak pernah dilakukan di Pura Dalem, Desa Pakraman Nongan diharapkan berjalan lancar dan sukses.
"Semua persiapan ritual keagamaan yang kita persiapkan tersebut bertujuan mencapai keharmonisan dan keseimbangan alam sesuai dengan konsep 'Tri Hita Karana', yakni manusia berbakti kepada Tuhan (Ida Sang Hyang Widhi), keharmonisan manusia dengan manusia, serta manusia dengan lingkungan," paparnya.
Ketut Andel Erawan mengakui semua biaya ritual keagamaan tersebut adalah dari swadaya warga setempat. Karena masyarakat berharap melalui ritual tersebut akan tercipta kedamaian pada manusia itu sendiri serta alam semesta.
"Suatu keyakinan melalui ritual keagamaan diharapkan akan tercipta kedamaian pada warga masyarakat dan alam semesta," pungkasnya. (BB)