Gubernur: Kegiatan Keagamaan di Pura Jangan Saat Piodalan Saja!
Jumat, 09 September 2016
baliberkarya
Baliberkarya.com-Badung. Kemegahan pura – pura yang ada di Bali tidak akan berarti apa – apa jika krama penyungsung pura tersebut tidak melakukan kegiatan keagamaan secara rutin dan berkelanjutan, bukan hanya disaat piodalan saja namun juga hari – hari suci lainnya atau bahkan setiap hari. Demikian disampaikan Gubernur Bali Made Mangku Pastika dalam sambutannya di hadapan masyarakat Desa Dalung saat menghadiri puncak acara Memungkah, Pedudusan Agung, Tawur Agung Pura Dalem Gede Desa Adat Dalung, Badung, Jumat (9/9/2016).
“Kasihan pura semegah ini kalau tidak ada kegiatan agama dalam kesehariannya, saya harapkan masyarakat setiap hari suci melakukan persembahyangan ke pura ini, begitu juga anak – anak muda juga bisa berbagi atau berdiskusi disini tentang keagamaan,” jelas Pastika yang menurutnya hal tersebut merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan pemahaman tentang agama dan ajarannya. “Jangan sampai puranya saja yang bagus tapi masyarakatnya kurang paham dengan agamanya, jangan sampai kita yang minoritas ini semakin tergusur sebagai akibat kurangnya pemahaman kita terhadap agama kita sendiri,” tegas Pastika. Lebih lanjut Pastika juga berpesan kepada penyungsung pura tersebut agar tidak memberatkan masyarakatnya dalam melaksanakan upacara apapun, menurutnya jangan sampai pengeluaran upacara mengakibatkan masyarakatnya menjadi susah dan harus berhutang. “Kalau ada piodalan kedepannya jangan sampai memberatkan masyarakat khususnya yang kurang mampu, kita harus bantu bersama – sama, bagi yang mampu silahkan bantu dan bagi yang kurang jangan dipaksa,” imbuh Pastika yang dalam kesempatan tersebut juga turut didampingi oleh beberapa Kepala SKPD di lingkungan Pemprov Bali.
Sementara itu Bendesa Adat Dalung I Gusti Ngurah Sujana menyampaikan bahwa karya tersebut dilaksanakan dalam rangka ngenteg linggih pura dalem gede yang baru saja selesai perbaikan. Pengerjaannya dimulai pada bulan Juli 2014 dan dilaksanakan selama 11 bulan yang total menghabiskan dana sebesar 4,5 milyar. Dana tersebut berasal dari sumbangan masyarakat desa adat dalung yang terdiri dari 8 banjar adat dan juga sumbangan serta punia dari donator dan juga pemerintah. Ia juga menjelaskan bahwa pelaksanaan karya yang dipuput oleh 16 sulinggih tersebut, sudah dimulai sejak tanggal 21 Mei 2016 dan puncaknya pada hari ini ( 9 September 2016) dan akan berakhir pada tanggal 21 September 2016.
Dalam kesempatan tersebut Gubernur Pastika juga melakukan penanda tanganan prasasti sebagai tanda atau upasaksi peresmian pura tersebut dan juga menyerahkan dana punia yang diterima langsung oleh Bendesa Adat Dalung.(BB)