Baliberkarya.com - Suara Rakyat Bali Membangun

JL. Patih Nambi XII No.5, Desa Ubung Kaja, Denpasar Utara

Call:081353114888

redaksi@baliberkarya.com

Mih Pedalem! 3 Bocah di Karangasem Hidup Mandiri Pasca Ditinggal Ortunya

Rabu, 07 September 2016

Baliberkarya.com - Suara Rakyat Bali Membangun

baliberkarya

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com - Karangasem, Nyoman Arya, bocah kelas 2 SMP bersama kedua adiknya di Karangasem, Bali ini tampak selalu tersenyum bahagia, meski menjadi anak yatim piatu. 
 
Seolah tak ada beban hidup yang dihadapinya, bocah 14 tahun bernama Arya hidup di rumah hanya dengan dua adiknya, Ketut Sana (12) dan Wayan Sudirta (4,5) tampak ceria kepada tiap orang yang datang menemuinya. 
 
Hebatnya, Arya tiap hari menghidupi kedua adiknya tersebut. Bahkan, tiap hari pula Arya harus mengajak si bungsu, Wayan Sudirta, pergi ke sekolahnya dan tak jarang pula Arya mengajak adiknya tersebut ke dalam kelas. 
 
"Adik saya yang nomor dua masih bersekolah di SD Ban kelas 5. Kalau sekolah diajak ke dalam kelas," ucap Arya saat ditemui awak media di rumahnya, di Dusun Darmaji, Desa Ban, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem, Rabu 7 September 2016.
 
Ketut Madya yang masih memiliki hubungan keluarga dengan bocah mandiri itu menjelaskan, ayah‎ Arya telah meninggal dunia sejak lima tahun lalu. 
 
"Meninggalnya karena sesak nafas. Kalau ibunya baru dua bulan lalu menikah lagi. Waktu habis menikah tiga hari, ibunya datang ke sini mengunjungi Arya dan adik-adiknya," jelas Madya.
 
Madya menerangkan jika Arya dan kedua adiknya begitu ibunya menikah lagi, dan tak boleh ikut dengan keluarga barunya itu. "Ibunya waktu itu cuma nengokin saja, karena kalau nikah sama orang lain, anaknya tidak boleh ikut," terang Madya.
 
Akhirnya, papar Madya, Arya harus menghidupi dua adiknya dan untuk mencari nafkah, ia menjadi kuli pemanjat pohon kelapa.‎ Dari satu pohon yang dipanjatnya, Arya mendapat upah Rp5 ribu. Dalam sehari, minimal Arya memanjat 10 pohon kelapa. 
 
"Kalau lagi banyak permintaan, bisa 20 pohon dipanjat. Habis itu biasanya dia main bola atau membantu saya menyabit rumput," papar Madya.
 
Yang tak kalah miris, Arya bersama kedua adiknya hidup dirumah yang hanya terbuat dari bambu dan kamar mandi maupun dapurnya terpisah. Selain itu, atap rumah Arya terbuat dari ilalang dan tak ada penerangan listrik di rumahnya yang terletak di tengah Bukit Puncak Sari. 
 
"Rumah ini bangunan sudah lama. Ini bantuan dari pusat. Tidak ada aliran listrik. Kalau malam Arya dan adiknya tidur di rumah saya," ungkap Madya.
 
Lebih jauh Madya menyatakan bahwa tiap hari, Arya harus berjalan kaki sejauh dua kilometer melewati jalan tanah merah berdebu tebal dan berkelok-kelok merupakan jalur ‎yang sehari-hari dilewatinya untuk bisa sampai di sekolahnya. Tiap hari pula Arya melewati jalan curam lantaran di sisinya merupakan jurang untuk menempuh pendidikannya.
 
"Sehari-hari, lauk pauk bareng adik-adik seringkali makan mie instan. Kalau makan sehari ya tiga kali, nasi sama mie dan dimakan bareng sama adik-adik," tandas Arya.‎(BB).


Berita Terkini