Kasihan Sekali! Sebagian Besar Warga di Desa Ini Idiot
Minggu, 21 Agustus 2016
istimewa
IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI
GOOGLE NEWS
Baliberkarya.com - Nasional. Wisata nggak ke pantai atau ke gunung melulu. Juga bukan ke kota dengan destinasi kekinian. Tapi kamu punya pilihan lain buat pergi ke tempat-tempat yang menenangkan hati, tempat yang bikin kamu bersyukur atas nikmat diri. Udah pernah coba?
Pernah denger Kampung Idiot di Ponorogo? Kita nyebutnya kampung difabel aja ya, karna rasanya kata Idiot bukanlah kata yang pantas. Ya, Desa Sidoharjo, Karangpatihan, dan Krebet yang terletak di Ponorogo, Jawa Timur ini emang udah terkenal bahkan hingga dunia internasional. Beberapa media asing sempat menyoroti kurang beruntungnya warga yang ada di desa ini.
Tak kenal usia, keterbelakangan mental menjangkiti seperempat warga desa. Kondisi miris ini bakal kamu temui di beberapa desa di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.
Mulai dari anak-anak, dewasa, hingga yang tua pun mengalami keterbelakangan fisik dan mental ini. Lebih dari 400 orang difabel yang masih bertahan di desa ini. Artinya hampir setiap keluarga memiliki anggota yang mengalami keterbelakangan mental.
Angka ini tentu terhitung sangat tinggi. Bisa kamu bayangin gimana sedihnya menjadi warga desa di sana? Memaksa mereka untuk berada dalam kurungan, pasung, dan kaki yang dirantai?
Pernikahan Sedarah, Kekurangan Gizi dan Yodium, bikin mereka jadi bagian orang yang beruntung. Kondisi yang memprihatinkan ini udah terjadi sejak tahun 60-an.
Anak-anak yang lahir pada zaman itu rata-rata terlahir dengan membawa keterbelakangan mental dan fisik. Hal ini diduga karena adanya pernikahan sedarah di desa tersebut, yang belum diketahui kebenarannya. Adanya hama tikus pada saat itu juga turut menjadi penyebab.
Tapi, kemiskinan yang menggerogoti warga desa adalah hal yang paling diyakini jadi penyebab lahirnya anak-anak difabel ini. Kekurangan gizi dan yodium membuat seperempat penduduk desa menjadi seperti ini. Sedih ya
Mencari nafkah di daerah pegunungan berkapur bukanlah hal yang mudah. Rata-rata desa yang memiliki banyak penderita difabel ini berada di sekitar lereng pegunungan kapur yang kering. Hal ini tentu membuat masyarakat pada saat itu susah untuk bercocok tanam. Penghasilan yang didapat pun tentu nggak banyak.
Akibatnya jelas, makanan menjadi sebuah barang berharga yang susah didapat. Kebanyakan dari mereka hanya makan nasi tiwul, makanan yang berasal dari nasi dan singkong. Dan generasi yang lahir pun nggak terhindar dari kecacatan.
Hidup di jauh di bawah garis kemiskinan membuat mereka nggak bisa bertindak apa-apa. Jangankan buat berobat ke rumah sakit jiwa, untuk makan besok aja mereka belum tentu bisa. Pendapatan mereka jauh dari cukup. Satu keluarga hanya menghasilkan 300 ribu-500 ribu per bulannya.
Bayangin gimana mereka bisa bertahan dengan pendapatan segitu. Uang jajan kamu mungkin berkali-kali lipat lebih besar dari itu. Dan kamu masih aja mengeluh?. Berkunjunglah ke sini, maka kamu akan mensyukuri apa aja yang udah Tuhanmu beri.
Jika kamu ke Ponorogo hanya ingin mengunjungi wisata alamnya saja, atau menikmati kebudayaannya aja, cobalah liat sisi lain Ponorogo ini. Lihatlah mereka yang masih bisa bertahan dalam segala kekurangan.
Nggak ada salahnya juga kamu menyisihkan sedikit dari apa yang kamu punya untuk mereka. Kamu nggak mau pergi sekolah kalau nggak dikasih kendaraan, sedangkan bagi mereka mengenyam pendidikan adalah sebuah hal yang dicita-citakan.
Kamu masih bisa miih-milih makanan, sedangkan mereka harus bersusah payah untuk mendapatkan kebutuhan pangan. Masih nggak bersyukur dengan yang apa yang kamu punya? (BB/hipwee).
Berita Terkini
Berita Terkini
Pemkot Denpasar Imbau Warga Beli LPG 3 Kg di Pangkalan Resmi
10 Januari 2025
Audiensi Bersama Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan
10 Januari 2025
Bappebti Serahkan Pengawasan Aset Kripto ke OJK dan BI
10 Januari 2025