Finance di Bali Mulai Selektif Kucurkan Kredit
Minggu, 14 Agustus 2016
ist
IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI
GOOGLE NEWS
Baliberkarya.com - Denpasar. Maraknya bisnis angkutan berbasis aplikasi online baik Grab, Uber, dan GoCar rupanya meningkatkan gairah pemesanan mobil baru. Bagaimana tidak, salah satu syaratnya bisa bergabung menjadi angkutan online usia mobil rata-rata agar tidak melebihi 5 tahun.
Dampaknya, kredit mobil baru dengan harapan dilunasi dari penghasilan sebagai sopir taksi atau angkutan sewa online awalnya dianggap gampang.
Kini, di sejumlah dealer mobil ternama di Bali justru fenomena tersebut berimbas negatif bagi nama baik finance. Pasalnya, sudah mulai terindikasi banyak kredit macet yang dilatarbelakangi dari usaha taksi ataupun mobil sewa online.
Melihat realita itu, pihak leasing ataupun finance sekarang melakukan seleksi ketat dengan menelusuri motivasi pemohon kredit mobil. "Kita sekarang selektif. Jika diketahui peruntukannya sebagai kendaraan online, maka kita lebih memilih untuk tidak menyetujui proses kredit kepemilikan mobil tersebut," ungkap Ayu, Sales Manager salah satu dealer resmi mobil asal Jepang itu.
Menurut Ayu, untuk mengidentifikasi calon pembeli menggunakan mobilnya untuk angkutan online cukup gampang. Pertama, akan ditanyakan usahanya apa. Selanjutnya kalau dijawab wiraswata maka patut dicurigai dengan mengecek rekening tabungan atau slip gaji 3 bulan terakhir. Setelah itu, akan bisa dijadikan acuan kemampuan finansialnya.
"Gara-gara banyak kredit macet, setelah kita telusuri ternyata untuk angkutan online. Jadi sekarang tiap ada yang ajukan kredit mobil syaratnya diperketat guna menghindari kredit macet," sebutnya.
Rumor selama ini, pendapatan sopir angkutan online cukup menggiurkan. Tapi nyatanya untuk membeli bensin saja sangat susah, karena aplikasi angkutan online itu di Bali dilarang keras oleh Gubernur Bali, Made Mangku Pastika.
Mengingat semua aturan yang ditetapkan pemerintah sengaja dilabrak demi keuntungan pribadi oknum tertentu. Oleh karena itu, semenjak Grab dan Uber dilarang di Bali, penghasilan jauh berkurang, sehingga tidak mampu membayar cicilan mobil.
"Ini sudah masuk bulan ketiga saya tidak bisa bayar cicilan mobil, jadi saya coba jual saja mobil saya biar tidak tambah rugi," ujar Made Ari yang mengaku sudah 3 bulan lalu berhenti jadi sopir GrabCar.
Ditempat terpisah, Kepala Adira Finance Wilayah Area Bali dan Nusa Tenggara, Sugeng Hariadi mengakui posisi finance untuk market di Bali mulai terasa berat. Padahal dibanding nasional, sebenarnya Bali lebih bertahan karena ekonomi Bali lebih ditunjang oleh sektor pariwisata.
"Namun jika dibandingkan semester pertama tahun ini dengan tahun sebelumnya terjadi penurunan kredit untuk roda empat yang terkoreksi sampai 7 persen. Bahkan mobil bekas diatasnya sampai 10 persen. Jadinya untuk otomotif, total kreditnya yang dikelola turun sekitar 1,9 triliun dibanding sebelumnya 2,1 triliun," ungkapnya beberapa waktu lalu.
Meskipun tidak menyebutkan terkoreksi akibat indikasi banyaknya kredit macet dari kendaraan angkutan online, namun diakui juga sangat banyak terjadi oper kredit yang juga terjadi akibat cash flow yang terganggu akibat oleh ekonomi saat ini.
Apalagi situasi seperti ini juga belum bisa ada yang bisa menjawab, apakah kondisi seperti ini akan menjadi lebih baik? Sayangnya Kepala OJK Provinsi Bali, Zulmi ketika dimintakan konfirmasi terkait banyaknya dugaan kredit macet akibat angkutan online belum bisa berbicara banyak.
"Maaf, perusahaan finance secara bulanan menyampaikan laporan kegiatan yang dilakukannya, laporan tersebut disampaikan ke OJK di Jakarta secara gabungan. Untuk kondisi Bali kami belum mendapatkan datanya, jadi maaf belum bisa memberikan angka-angka terkait pembiayaan dari perusahaan finance. Kami di daerah belum mendapatkan data tersebut," kelitnya saat awak media.(BB).