Desa Penglipuran Bangli Masuk Kelompok Desa Terbaik Dunia. Ini Sebab dan Penilaianya!
Minggu, 24 Juli 2016
Baliberkarya/ist
IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI
GOOGLE NEWS
Baliberkarya.com - Bangli. Desa Penglipuran di Bali bisa menjadi contoh pengembangan desa wisata yang sukses. Bukan hanya terbaik di Bali, maupun Indonesia, Desa Penglipuran sudah menggunakan standar global.
"Khusus untuk membangun desa wisata, silakan berguru ke Desa Penglipuran, Bali!, " ujar Menteri Pariwisata, Arief Yahya.
Mantan Dirut PT Telkom Indonesia itu menyatakan Desa Penglipuran namanya masuk ke dalam kelompok desa-desa terbaik dunia, sejajar dengan Desa Giethoorn di Belanda serta Mawlynnong di India.
"Ini bisa dicontoh, ya kehidupan masyarakat, pola komunikasi, mempertahankan tradisi dan budaya lokal, termasuk dalam urusan sosial, komitmen untuk kebersihan bersama, keamanan dan kenyamanan bersama. Atmosfer inilah yang membuat turis betah tinggal di homestay yang disewakan warga masyarakat," kata Arief Yahya, sambil membayangkan di destinasi wisata lain di Indonesia belajar dan dimodifikasi untuk diterapkan di daerahnya.
Pengakuan dunia ini diulas dalam situ Boombastis.com. Dari mulai kebersihan hingga keharmonisan masyarakatnya, dianggap sangat fantastis. Budaya dan hubungan kekerabatan, kekeluargaan, antar anggota masyarakat di desa itu fantastic. Khas Indonesia, yang hidup rukun, damai, saling hormat dan penuh toleransi.
"Penglipuran adalah desa yang sangat bersih, indah dan masih terjaga kehidupan tradisionalnya. Kenyaman dan kebersihannya membuat banyak wisatawan ter-influence untuk berkunjung dan berlama-lama di sana," tulis boombastis.com.
Ada sekitar 200 rumah bergaya tradisional di desa ini. Semuanya berderet rapi di jalanan menanjak. Jalanan dibuat dari batu alam dan banyak tumbuh bunga warna-warni di sekitar desa.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, AA Gede Yuniartha menjelaskan bahwa sejak dahulu, para orangtua Desa Penglipuran selalu mengajarkan kepada anak-anaknya untuk menjaga kebersihan lingkungan. Termasuk, menjaga kebersihan di tempat-tempat suci seperti pura.
"Nggak boleh buang sampah sembarangan, nggak boleh merokok sembarangan. Semua tertib. Kalau ingin merokok, harus merokok di tempat yang sudah disediakan. Motor dan mobil juga nggak diperkenankan masuk ke desa ini. Motor dan mobil akan ditaruh di garasi belakang rumah dengan jalur masuk yang berbeda," terang Yuniartha.
Sementara, Ketua PKK Desa Penglipuran, Ni Wayan Nomi memaparkan, setiap bulannya, ibu-ibu di Desa Penglipuran berkumpul untuk melakukan pemilahan sampah. Sampah organik dan non-organik, semua dipisah.
Sampah organik akan diolah menjadi pupuk, sementara sampah non organik akan dijual dan ditabung ke bank sampah di desanya. Satu kilogram sampah dihargai Rp200.
Hal lain yang membuat nama Penglipuran meroket adalah keharmonisan kehidupan masyarakatnya. Hubungan manusia dengan lingkungan serta manusia dengan Tuhan, sangat terjaga dengan baik.
"Tradisi yang dilakukan oleh warga-warga Desa Penglipuran memang sesuai banget dengan arti dari kata "Penglipuran". Penglipuran berasal dari kata Pengeling Pura yang memiliki arti tempat suci untuk mengingat para leluhur," jelas Ketua Asosiasi Biro Perjalanan Wisata (Asita) Bali, I Ketut Ardana. (BB/inilah)
Berita Terkini
Berita Terkini
Kapolda Bali: Festival Imlek Tunjukkan Toleransi di Bali
25 Januari 2025
Bocah 6 Tahun Hanyut di Sungai Badung, Ditemukan Meninggal Dunia
25 Januari 2025
Kasanga Fest Kembali Digelar, Jaring 16 Ogoh-Ogoh Terbaik
24 Januari 2025
Swiss-Belhotel International Properti di Bali Sambut Kemakmuran
24 Januari 2025