Baliberkarya.com - Suara Rakyat Bali Membangun

JL. Patih Nambi XII No.5, Desa Ubung Kaja, Denpasar Utara

Call:081353114888

redaksi@baliberkarya.com

Wayang Kulit PAPADI Denpasar Pentaskan Cerita “Melabuh Geni”

Rabu, 22 Juni 2016

Baliberkarya.com - Suara Rakyat Bali Membangun

Baliberkarya/ist

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Denpasar. Wayang Kulit merupakan seni pertunjukan yang sudah cukup tua umurnya, walaupun demikian wayang kulit hingga kini masih tetap digemari dan dinanti-nanti pertunjukannya oleh masyarakat. Hal itu terlihat saat Pementasan Wayang Kulit dari Persatuan Pedalangan Indonesia (PAPADI) Kota Denpasar pada pergelaran Pesta Kesenian Bali (PKB) ke38 di Wantilan Taman Budaya  Art Center Denpasar, Selasa malam (21/6/2016).

Kali ini PAPADI Kota Denpasar mementaskan kesenian wayang Ramayana tingkat anak-anak, dengan menampilkan cerita “Melabuh Geni” yang secara sekejap menyedot perhatian para pengunjung yang ada di Art Center untuk datang dan duduk menyaksikan penampilan wayang kulit ini.

Melihat antusias para pengunjung, sang Dalang cilik I Putu Agus Satria Laksana Putra pun semakin lincah dan bersemangat dalam memainkan wayang-wayang miliknya yang berada dalam kropak (kotak wayang) dalam cerita Ramayana bertajuk Melabuh Geni. Diiringi lantunan gender wayang yang enerjik, sang dalang memainkan wayangnya secara indah dan berirama selama kurang lebih dua jam pementasan.

Sementara Kordinator pementasan wayang kulit I Made Kembar mengatakan, pementasan wayang kulit Ramayana bertajuk “Melabuh Geni” ini berkisah tentang Rahwana yang dijuluki Sang Dasamuka bersama para prajurit raksasanya gugur dalam peperangan maha dahsyat melawan Sang Ramadewa, Laksamana dan pasukan wanara yang dipimpin oleh Kapi Sugriwa. Dimana Sang Wibisana, adik dari Rahwana segera dinobatkan menjadi Raja Alengka oleh Ramadewa.

Sebelum Sang Ramadewa dan laksamana ke Adyodya, Sang Ramadewa mengutus Sang Hanoman untuk menjemput istrinya, Dewi Sita yang masih berada di dalam Taman Angsoka sekaligus mengabarkan bahwa peperangan telah usai dengan kemenangan Sang Ramadewa. Bergegaslah Sang Hanoman menuju Taman Angsoka dan ditemuinya Dewi Sita bersama Dewi Trijata, anak dari Sang Wibisana.

Dewi Sita pun bergegas menemui Sang Ramadewa diiringi oleh Sang Hanoman. Sesampainya Dewi Sita dihadapan Sang Ramadewa, dengan menghaturkan sujud bakti, Sang Ramadewa seolah-olah tidak senang dan meragukan kesucian Dewi Sita. Wajah Sang Ramadewa terlihat merah berapi-api menegaskan hatinya sangat murka dan meninggalkan Dewi Sita yang bersujud padanya dan seketika Dewi Sita bersedih.

Dewi Sita dengan rasa duka yang mendalam  kemudian memerintahkan Laksamana membuat panggung untuk dirinya, yang akan digunakan dalam upacara Masatya, sebagai bukti bahwa dirinya masih suci, Sang Laksamana pun segera membuat panggung bersama para wanara. Disaat yang sama, kemarahan Sang Ramadewa memuncak, dibakar api cemburu dan dendam, Sang Ramadewa dengan kesaktiannya mengeluarkan Bhuta-Bhuti yang menyerang para wanara. Terjadilah pertempuran yang hebat antara bhuta-bhuti melawan para wanara.

Saat itu juga Dewi Sita terjun dari panggung Agni, seketika pertempuran pun berhenti, Sang Ramadewa melihat istrinya terbalut api dengan perasaan sedih. Tiba-tiba dalam kobaran api, munculah Bhatara Brahma yang menjungjung Dewi Sita. Bhatara Brahma menjelaskan bahwa Dewi Sita sangat suci dan tidak perlu diragukan lagi. Selepas Sabha Bhatara Brahma, bhuta-bhuti menghilang dalam kobaran api. (bb)


Berita Terkini