Sekelumit Kisah Pilu Tiga Yatim Piatu di Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan (1)
Minggu, 22 Mei 2016
Baliberkarya
Baliberkarya.com, Ditengah hingar bingar pesatnya pembangunan di Kabupaten Tabanan, ternyata banyak warga di Kota Lumbung beras itu butuh uluran tangan para darmawan.
Kisah sekelumit cerita ini berawal ketika awak media mengikuti aksi sosial Blue Bird Group serangkaian hari jadinya yang ke-44. Dari Pool Blue Bird Tabanan, awak media mengikuti acara pemberian santunan kepada tiga anak yatim piatu di sekitar Pool yang berada di wilayah Banjar Anyar, Kediri, Tabanan.
Aksi sosial kemanusiaan BlueBird Group ini diikuti Klian Dinas Banjar Tanah Bang Made Sukayadnya, Babinsa Banjar Anyar Serda I Dewa Yoga, Babinkambtimas Aiptu Ketut Suwetra, Manager Pool Blue Bird Tabanan Made Suarjana, dan Kaur Kesra Desa Banjar Anyar I Putu Suadewi Aryani.
Memang dari tahun ke tahun, perayaan hari jadi Blue Bird Group berlangsung sederhana. Sebab, perayaan bukan pada megahnya acara. Tapi, lebih pada peningkatan kontribusi perusahaan bagi masyarakat lewat beragam CSR yang disalurkan, termasuk uluran tangan kepada masyarakat yang sedang membutuhkan pertolongan.
Aksi kemanusiaan pertama dengan mengunjungi kediaman Putu Febri Artha Putra dimana rumahnya hanya beberapa ratus meter di Utara pool atau masuk wilayah Banjar Tanah Bang. Bocah usia enam tahun lima bulan itu tinggal bersama sang kakek, I Wayan Cakra, 70, di rumah semi permanen.
Sedangkan kedua orang tuanya I Komang Suka Rata dan I Nengah Merta, meninggal saat Febri masih berusia dua tahun, begitu juga dengan adiknya yang juga mendahuluinya ke alam nirwana.
Wajah pekak (kakek) petani yang pendengarannya mulai terganggu itu memang terlihat begitu lelah. Guratan kesedihan masih begitu tampak di wajahnya. Apalagi, bila mengingat kepergian anak, menantu, dan satu cucunya akibat penyakit misterius.
"Anak saya (ayah Febri) dulu kerja bangunan. Kerja lebih sering di Denpasar. Sebelum meninggal, sempat sakit dua tahun dan di rawat di RSUD Tabanan," kenangnya sembari mengusap matanya yang sembab.
"Mantu juga sama. Tiba-tiba sakit dan meninggal. Saya orang bodoh, jadi tidak tahu juga sakitnya apa. Dokter juga tidak bilang. Cucu saya, adiknya Febri juga meninggal karena sakit yang sama," tuturnya dengan Bahasa Bali halus.
Kini di tengah keterbatasan fisik dan ekonomi. Cakra tetap berjuang untuk bisa merawat sang cucu. Apalagi, Febri juga sering sakit-sakitan. Untuk pengobatan, biasanya di bawa ke RSUD Tabanan. "Kalau badannya dah bintik-bintik, pasti nantinya panas. Dari umurnya, seharusnya cucu saya sudah sekolah," urainya.
Selain karena sering sakit, faktor biaya juga menjadi kendala. Padahal, Febri mengaku ingin mengenyam bangku sekolah, sama dengan bocah seumuran dengannya.
"Saya ingin sekolah, tapi saya sering sakit," akunya polos sembari melirik sang kakek yang tak lupa mengucapkan terima kasih atas perhatian Blue Bird Group ini. (bersambung)