Wakil Ketua DPRD Bali: Lebih Efektif Jika Bunga KUR 6-7%
Selasa, 03 Mei 2016
baliberkarya
Pengamat ekonomi yang juga Wakil Ketua DPRD Bali, Dr.Nyoman Sugawa Korry menilai, Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang dicanangkan pemerintah saat ini tidak ada istimewanya, karena KUR ini sama seperti KUR yang diterapkan oleh pemerintahan sebelumnya.
Sugawa mengatakan akan lebih efektif jika bunga KUR ini diturunkan menjadi 6 sampai 7 persen sehingga benar-benar dirasakan masyarakat.
“KUR itu sebenarnya kelanjutan pemerintahan sebelumnya, sama dengan kebijakan Presiden SBY. Karena itu saya melihat ini tidak ada istimewanya. Cuma sekarang ini diharapkan lebih banyak disalurkan ke masyarakat,” jelas Sugawa saat ditemui di Sekretariat DPD Golkar Bali, , Selasa (3/5/2016).
Ia mengatakan, jika saja bunga KUR ini seperti dengan bimbingan massal (bimas) dan intensifikasi massal (inmas) seperti zaman Orde Baru sebesar 6% maka ini akan jauh lebih dirasakan oleh masyarakat.
“Zaman bimas dan inmas untuk para petani itu bunga kredit sebesar 6%, itu sekitar tahun 80an pada waktu orde Baru. Karena sekarang bunganya sama saja dengan pemerintahan dahulu justru sekarang prosedurnya lebih rumit, karena itu itu kembalilah seperti jaman orde baru, baru petani dan UMKM terjamin,” jelas politisi yang juga Sekretaris DPD Partai Golkar Bali ini.
Pihaknya mengaku mendapatkan keluhan dari amsyarakat terkait dengan teknis operasional penyaluran KUR di tingkat masyarakat. Menurutnya, pemerintah dalam hal ini harus menurunkan bunga, mempermudah prosedur KUR, baru dampak ini akan dirasakan oleh masyarakat.
“Tataran kebijakan oke, di tataran teknis terkait persyaratan, teknis operasionalnya di tingkat bank ini yang banyak mendapatkan keluhan dari masyarakat, ini cukup sulit untuk mengakses. Jadi bunga harus diturunan, prosedur dipermudah, kalau saya mengusulkan KUR ini akan mempunyai manfaat dan dampak kepada pemberdayaan ekonomi rakyat kalau bunganya itu 6-7%,” jelas politisi asal Buleleng ini.
Korry yang bergelar doktor ilmu ekonomi ini mengatakan, jika bunga rendah maka ongkos produksi akan lebih rendah, sehingga daya saing pedagang akan lebih kuat.
Karena ongkos produksi rendah maka harga lebih rendah yang akan berdampak pada daya beli masyarakat menjadi meningkat.(bb)