Berantas Narkoba, Presiden Filipina Bunuh 3700 Bandar dan Pecandu

  10 Oktober 2016 PERISTIWA International

anglenews

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com - Internasional. Memasuki 100 hari kepemimpinan Presiden Rodrigo Duterte, pemerintah Filipina mengklaim telah membunuh 3.700 bandar dan pecandu narkoba dalam perang melawan narkotika. 
 
 
Duterte menyebut hal itu sebagai langkah memerangi barang haram tersebut di negaranya. Pria yang dijuluki 'The Punisher' ini memang sejak lama mengecam peredaran narkoba yang semakin meluas di negaranya.
 
 
Dengan tewasnya 3.700 orang ini, Duterte seperti tengah memenuhi janji pada kampanyenya yang akan menumpas habis bahaya laten narkoba di negara itu. Pasalnya, menurut dia sedikitnya 36 warga Filipina tewas akibat narkoba dalam sehari.
 
 
"Sedikitnya 3,7 juta warga Filipina telah menjadi kecanduan metamfetamin (shabu)," katanya seperti dilaporkan Daily Mail.
 
 
Meski tindakannya ditentang banyak negara termasuk AS dan juga PBB, namun Duterte tetap dicintai rakyatnya. Hal ini dibuktikan dalam hasil jajak pendapat lembaga Social Weather Stations yang dirilis di 100 hari kepemimpinannya.
 
 
Berdasar dari hasil survei yang dilakukan pada 24 hingga 27 September lalu, setidaknya 76 persen dari total 1.200 responden mengaku puas dengan kinerja Duterte. Hanya 11 persen yang menyatakan kurang puas dan sisanya tidak memilih.
 
 
Mayoritas responden mengaku mendukung kebijakan Duterte, termasuk dalam memerangi narkoba yang telah menewaskan lebih dari 3.000 orang. Duterte memenangkan Pemilu Filipina pada Mei lalu dengan total suara 37,6 persen dan dilantik presiden pada akhir Juni lalu.
 
 
Duterte merupakan politisi lokal yang berhasil memenangkan pemilu presiden dengan janji utamanya yakni memberantas kejahatan kriminal dalam waktu enam bulan. Pekan lalu, Duterte sempat menyatakan dengan senang hati membantai 3 juta pecandu narkoba.
 
 
Ia juga menyamakan dirinya dengan pemimpin Nazi Adolf Hitler yang memusnahkan orang-orang Yahudi di Eropa. Kebijakan Duterte yang dianggap brutal menuai kecaman keras AS, PBB, Uni Eropa dan berbagai lembaga HAM dunia.(BB/inilah).