Semarak Lomba Balap Perahu Layar Warnai Tahun Baru Islam di Desa Air Kuning
Minggu, 21 Juli 2024
Ket. Foto : lomba balap perahu layar di Desa Air Kuning, Jembrana
Baliberkarya.com – Jembrana. Perayaan Tahun Baru Islam di Desa Air Kuning, Kabupaten Jembrana, dimeriahkan dengan Lomba Balap Perahu Layar. Tradisi ini tak hanya sebagai wujud syukur atas limpahan hasil laut, tetapi juga melestarikan budaya leluhur di desa ini.
Para nelayan dengan sampan dan layar mereka menantang ganasnya ombak menuju garis start di tengah laut sejauh 2 mil. Tanpa mesin, mereka mengandalkan kekuatan dan keahlian mereka dalam mengendalikan perahu di tengah terjangan ombak. Tak jarang, hempasan ombak membuat perahu terombang-ambing, bahkan patahnya kayu pengikat layar membuat beberapa peserta harus rela tersingkir dari perlombaan.
Setelah mencapai garis start, pertarungan sesungguhnya dimulai. Para nelayan adu cepat memacu sampan mereka dengan layar yang terkembang, menerjang ombak dan angin menuju garis finish 4 mil jauhnya. Kecepatan dan ketepatan dalam mengendalikan layar menjadi kunci utama dalam perlombaan ini.
Lebih dari sekadar perlombaan, tradisi ini menjadi pengingat akan budaya maritim leluhur yang harus dilestarikan. Di tengah modernisasi, di mana banyak nelayan beralih ke mesin, lomba ini menjadi simbol kegigihan dan ketangguhan para nelayan tradisional.
Pemenang lomba balap perahu layar ini tak hanya mendapatkan piala, tetapi juga hadiah uang tunai jutaan rupiah. Bagi para peserta, lomba ini bukan hanya tentang hadiah, tetapi juga tentang semangat juang, kebersamaan, dan pelestarian tradisi.
Salah satu peserta, Hadni, mengaku sering mengikuti perlombaan ini dan telah mempersiapkan diri dengan latihan rutin. "Obatnya yang lumayan besar, harus cari sela-sela dulu. Kalau anginnya memang sangat mendukung sekali. Ya memang sih sering latihan, sering ikut lomba juga," ujarnya. Minggu (21/7/2024).
Sementara itu, Panitia Lomba Balap Perahu Layar, Asriyono, menuturkan bahwa lomba ini diadakan dalam rangka memperingati Tahun Baru Islam dan tradisi petik laut. Menurutnya, tradisi ini memiliki sejarah panjang di Desa Air Kuning.
"Dulu datuk nenek moyang kita tidak pakai mesin, mereka ke tengah laut pakai layar. Makanya kita ingin kuatkan kenangan-kenangan tua itu. Dulu tidak ada yang mempunyai mesin atau alat-alat canggih, mereka mencari nafkah dengan layar. Makanya kita tidak bisa menghilangkan tradisi ini," jelasnya. (BB)