Sambut Rahina Suci Nyepi, MDA Gelar Paruman Sulinggih Hindu Drestha Bali
Kamis, 13 Februari 2025

Baliberkarya.com - Denpasar. Menyambut Rahina Suci Nyepi Isaka Warsa 1947, Majelis Desa Adat (MDA) Provinsi Bali menggelar Paruman Sulinggih Hindu Dresta Bali. Paruman digelar bertempat di Gedung Lila Graha Majelis Desa Adat (MDA) Provinsi Bali, pada Kamis (Wraspati Wage Wuku Watugunung), 6 Februari 2025.
Menurut Panyarikan Agung Majelis Desa Adat (MDA) Provinsi Bali, Dr. Dewa Nyoman Rai Asmara Putra,SH.,MH., yang disampaikan melalui siaran pers Majelis Desa Adat (MDA) Provinsi Bali, Paruman Sulinggih yang digelar MDA Bali, bertujuan untuk menetapkan tafsir terhadap pelaksanaan upacara keagamaan Hindu Dresta Bali yang berkenaan dengan Rahina Suci Nyepi Penanggal Apisan Sasih Kedasa, Isaka Warsa 1947 pada Sabtu (Saniscara Kliwon Wuku Wariga), 29 Maret 2025 yang juga bertepatan dengan Rahina Suci Tumpek Uduh atau Tumpek Wariga.
Hal ini berkaitan erat dengan sifat Desa Adat di Bali sejak jaman lampau, yang merupakan lembaga sosial adat keagamaan atau lembaga sosial adat yang religius, yang menjadi pusat dari pelaksanaan Agama Hindu Drestha Bali secara turun temurun.
Baca juga:
Hari Raya Pagerwesi, Lapas Kerobokan Gelar Persembahyangan Bersama
Hal ini menurut Panyarikan Agung, menjadi dasar kuat bagi Majelis Desa Adat (MDA) yang merupakan lembaga Pasikian 1.500 Desa Adat Di Bali untuk menerbitkan Edaran Tata Titi Pelaksanaan Acara/Upacara Keagamaan Hindu Dresta Bali setelah sebelumnya diawali dengan pelaksanaan Paruman Sulinggih Hindu Drestha Bali.
Bandesa Agung Majelis Desa Adat Provinsi Bali, Ida Pangelingsir Agung Putra Sukahet dalam Sambrama Wacana Ida dihadapan sulinggih yang hadir dalam Paruman Sulinggih Hindu Drestha Bali, turut menegaskan bahwa Majelis Desa Adat (MDA) Provinsi Bali patut untuk menerbitkan Edaran Tata Titi Indik Pelaksanaan Acara/Upacara Keagamaan Hindu Dresta Bali di Bali, dengan sifat Desa Adat sebagai lembaga sosial adat keagamaan tersebut.
Dalam Dharma Pamiteket Ida, dalam pelaksanaan Agama Hindu Drestha Bali, Desa Adat berperan menjadi satu-satunya tempat pelaksanaan Panca Yadnya, yang selanjutnya perlu diberikan pengayoman dan perlindungan, sehingga peran tersebut tidak tercerabut dan Krama Desa Adat memahami secara utuh dan akhirnya turut serta untuk menjaga dan menguatkan peran Desa Adat tersebut.
Terlebih pada Rahina Suci Nyepi, yang menurut Bandesa Agung, adalah merupakan Rahina Suci Alam Semesta, Buana Alit dan Buana Agung beserta segala unsurnya (Pertiwi, Apah, Teja, Bayu, Akasa). “Tujuan Rahina Suci Nyepi adalah memuliakan alam, menjaga alam semesta ini supaya kekuatannya menjadi “ somya”, tenang dan bahagia, sehingga kekuatan “ Bhuta” berubah menjadi “ Dewa” yang sangat bermanfaat untuk kehidupan”ungkap Ida.
Hal itu, ditegaskan Ida, menjadi alasan penting agar Krama Desa Adat di Bali, melaksanakan Catur Brata Penyepian dengan taat, menjaga Bali agar sepi, hening, heneng dan suci dengan menutup sementara akses bandara, pelabuhan, jalan raya dan juga berbagai piranti seperti siaran TV, Internet serta sistem jaringan lain, kecuali yang digunakan untuk keperluan darurat, pengamanan, fasilitas kesehatan dan hal lain yang misalnya berhubungan dengan obyek vital negara. “Krama Desa Adat, Umat Hindu Drestha Bali wajib menjadi contoh untuk mentaati pelaksanaan Catur Brata Penyepian secara baik, taat dan benar”tegas Ida.
Dalam menyambut Rahina Suci Nyepi pada tahun-tahun sebelumnya, menurut Bandesa Agung, MDA Bali juga menerbitkan Tata Titi Nyanggra Rahina Nyepi. Namun, saat itu belum diawali dengan melaksanakan Paruman Sulinggih Hindu Drestha Bali. Setelah berbagai pertimbangan dari Desa Adat dan Krama Desa Adat, termasuk penegasan sifat Desa Adat sebagai Lembaga Sosial Adat Keagamaan atau Lembaga Adat yang Religius, maka penerbitan Edaran Tata Titi Rahina Suci Nyepi diputuskan diawali dengan pelaksanaan Paruman Sulinggih Agama Hindu Drestha Bali sebagai dasar legitimasi yang kuat.
Baca juga:
Mejaya-Jaya di Pura Besakih, Koster Ajak Bupati dan Wali Kota Wujudkan Nangun Sat Kerthi Loka Bali
Dalam Paruman Sulinggih Hindu Drestha Bali tersebut, beberapa Dharma Tetimbang yang menjadi dasar Edaran Tata Titi antara lain disampaikan oleh Ida Shri Bagawan Putranatha, Ida Pandita Mpu Jaya Acharyananda, Ida Pedanda Gede Putra Kekeran, Ida Dukuh Ganda Yoga, Ida Pedanda Gede Putra Dalem, Ida Pedanda Reshi Agung Pinatih, Ida Rsi Agung Wayabya Suprabhu Sogata Karang, Ida Pedanda Gede Bajra Sikara, Ida Pandita Mpu Uppadyaya Nanda dan Ida Pedanda Gede Putra Bajing.
Selanjutnya Dharma Tetimbang dalam Paruman Sulinggih Hindu Drestha Bali, dirumuskan dalam Edaran Tata Titi Nyanggra Rahina Suci Nyepi Isaka Warsa 1947 oleh Tim Perumus yang di pimpin oleh Patajuh Bandesa Agung Baga Agama, Tradisi dan Kearifan Lokal, Ida Bagus Purwa Sidemen, S.Ag.,M.Si.
Menurut Panyarikan Agung MDA Bali, Edaran Tata Titi Nyanggra Rahina Suci Nyepi Isaka Warsa 1947 tersebut akan disampaikan kepada 1.500 Desa Adat di Bali dan menjadi satu-satunya pedoman untuk pelaksanaan Rahina Suci Nyepi Isaka Warsa 1947 . “Dumogi pelaksanaan Rahina Suci Nyepi Isaka Warsa 1947 yang sekaligus juga Rahina Tumpek Uduh atau Tumpek Wariga dapat berjalan dengan baik dan lancar”pungkasnya. (BB)
Berita Terkini
Berita Terpopuler



